Seorang penjual handphone bertubuh agak gemuk mencoba peruntungannya dengan ikut tanding tarik suara. Ia sebenarnya kurang PD karena posturnya yang tidak berpenampilan layaknya orang muda era hari ini dan merasa suaranya kurang bagus. Tapi istrinya yang setia mendorongnya untuk maju. Tetap saja ia masih kurang PD. Apalagi dua gigi depannya bagian atas agak mencuat keluar dan agak renggang, menambah besar kekurang-pedeannya.
Toh berkat istrinya yang teguh mendorongnya ia pun mendaftar juga. Saat seleksi tiba, ia pun duduk di antara para peserta. Kamera panitia menyoroti para peserta. Tiba di dekatnya, ia menunduk. Ia merasa malu.
Ketika namanya dipanggil, ia berdiri dan segera memasuki ruangan di mana tiga orang juri telah menanti. Salah satu juri adalah Simon Cowell, si juri terkenal dalam ajang American Idol. Tetapi, dua lainnya bukanlah Randy dan Paula karena ajang yang sekarang adalah "Britain Got a Talent." Tetap saja Simon adalah Simon. Si mulut pedas nan tak kenal ampun. Tetapi yang orang banyak tidak sadari adalah Simon mewakili suara obyektif para penonton. Artinya, meskipun ia menampilkan kekejaman seorang juri, ia hakekatnya penyampai fakta nyata yang pahit. Dan ia adalah orang Inggris yang tahu sopan santun. Contohnya, ia bicara dalam tayangan American Idol hanya ketika ia diberi kesempatan atau saat memberikan opini. Ia tidak pernah memotong komentar Paula ataupun Randy. Padahal mereka kerap memotongnya.
Meskipun dua juri lainnya dalam "Britain Got a Talent," satu lelaki dan satu perempuan, tidak kukenal aku percaya mereka adalah orang-orang piawai dalam bidang seni suara karena ajang ini adalah ajang tingkat nasional Inggris.
Setelah basa-basi, pria penjual handphone itu pun mulai angkat suara. Dalam hitungan cuma lima detik, segera kutangkap nuansa suara vokal seorang penyanyi kaliber Andrea Bocelli. Aku sangat terkejut. Suaranya yang mantap dengan nada-nada yang indah terus bergulir dalam detik-detik selanjutnya. Bukan main, kata hatiku. Nyanyian itu terus dilantunkan dengan indahnya. Bukan lagu pop memang. Lagunya sejenis dengan yang dinyanyikan Pavarotti dan kawan-kawan. Simon menunduk menikmati nyanyian itu. Rasa kurang PD pria itu hilang, tak meninggalkan bekas sama sekali. Yang tampak adalah seorang penyanyi tulen yang sedang menghibur tiga juri. Air mataku tak terbendung. Mengalir begitu saja. Tuhan Maha Besar. Dalam diri seorang penjual handphone yang jujur saja aku tidak melihat ada tanda-tanda bahwa ia adalah seorang penyanyi hebat ternyata ia menyanyi dengan begitu indahnya. Luar biasa!
Nyanyian terus dilantunkan. Penonton terpana. Juri pun terpana. Juri pria (bukan Simon) menggeleng-gelengka n kepalanya penuh kekaguman. Si juri wanita diam terpaku karena takjub melihat seorang bintang yang sedang menghiburnya (aku belum tahu bahwa sebenarnya matanya sudah berlinang air). Simon yang tadinya menunduk sekarang mendongakkan kepalanya terkejut dengan kualitas suara sang peserta lomba. Mulut Simon sedikit terbuka. Tampaknya ia sendiri tak sadar bahwa ia sedang terpana.
Setelah ia selesai dengan nyanyiannya, ia memperoleh tepuk tangan orang-orang di ruangan itu. Dengan sopan ia menundukkan tubuhnya sebagai tanda terima kasih. Kuusap air mata yang mengalir di pipiku. Kulihat Juri wanita itu juga mengusap kedua pipinya.
Rekaman adegan itu dimuatkan ke dalam You Tube. Ditonton oleh 25 juta orang di seluruh dunia. Orang-orang pun tahu namanya adalah Paul Potts. Simon Cowell menawarinya rekaman. CDnya laku sebanyak 1 juta keping. Dan Oprah Winfrey pun mengundangnya ke studionya di Chicagodalam acara khusus tentang You Tube. Paul Potts mendapat kehormatan muncul sebagai puncak acara, di ujung acara.
Paul Potts adalah orang yang bisa tetap rendah hati. Saat ditanya Oprah apakah ia meninggalkan profesinya sebagai penjual handphone, ia menjawab ia masih tetap menjual handphone.
My personal web: http://pujakesula.blogspot.com or http://endyenblogs.multiply.com/journal Toh berkat istrinya yang teguh mendorongnya ia pun mendaftar juga. Saat seleksi tiba, ia pun duduk di antara para peserta. Kamera panitia menyoroti para peserta. Tiba di dekatnya, ia menunduk. Ia merasa malu.
Ketika namanya dipanggil, ia berdiri dan segera memasuki ruangan di mana tiga orang juri telah menanti. Salah satu juri adalah Simon Cowell, si juri terkenal dalam ajang American Idol. Tetapi, dua lainnya bukanlah Randy dan Paula karena ajang yang sekarang adalah "Britain Got a Talent." Tetap saja Simon adalah Simon. Si mulut pedas nan tak kenal ampun. Tetapi yang orang banyak tidak sadari adalah Simon mewakili suara obyektif para penonton. Artinya, meskipun ia menampilkan kekejaman seorang juri, ia hakekatnya penyampai fakta nyata yang pahit. Dan ia adalah orang Inggris yang tahu sopan santun. Contohnya, ia bicara dalam tayangan American Idol hanya ketika ia diberi kesempatan atau saat memberikan opini. Ia tidak pernah memotong komentar Paula ataupun Randy. Padahal mereka kerap memotongnya.
Meskipun dua juri lainnya dalam "Britain Got a Talent," satu lelaki dan satu perempuan, tidak kukenal aku percaya mereka adalah orang-orang piawai dalam bidang seni suara karena ajang ini adalah ajang tingkat nasional Inggris.
Setelah basa-basi, pria penjual handphone itu pun mulai angkat suara. Dalam hitungan cuma lima detik, segera kutangkap nuansa suara vokal seorang penyanyi kaliber Andrea Bocelli. Aku sangat terkejut. Suaranya yang mantap dengan nada-nada yang indah terus bergulir dalam detik-detik selanjutnya. Bukan main, kata hatiku. Nyanyian itu terus dilantunkan dengan indahnya. Bukan lagu pop memang. Lagunya sejenis dengan yang dinyanyikan Pavarotti dan kawan-kawan. Simon menunduk menikmati nyanyian itu. Rasa kurang PD pria itu hilang, tak meninggalkan bekas sama sekali. Yang tampak adalah seorang penyanyi tulen yang sedang menghibur tiga juri. Air mataku tak terbendung. Mengalir begitu saja. Tuhan Maha Besar. Dalam diri seorang penjual handphone yang jujur saja aku tidak melihat ada tanda-tanda bahwa ia adalah seorang penyanyi hebat ternyata ia menyanyi dengan begitu indahnya. Luar biasa!
Nyanyian terus dilantunkan. Penonton terpana. Juri pun terpana. Juri pria (bukan Simon) menggeleng-gelengka n kepalanya penuh kekaguman. Si juri wanita diam terpaku karena takjub melihat seorang bintang yang sedang menghiburnya (aku belum tahu bahwa sebenarnya matanya sudah berlinang air). Simon yang tadinya menunduk sekarang mendongakkan kepalanya terkejut dengan kualitas suara sang peserta lomba. Mulut Simon sedikit terbuka. Tampaknya ia sendiri tak sadar bahwa ia sedang terpana.
Setelah ia selesai dengan nyanyiannya, ia memperoleh tepuk tangan orang-orang di ruangan itu. Dengan sopan ia menundukkan tubuhnya sebagai tanda terima kasih. Kuusap air mata yang mengalir di pipiku. Kulihat Juri wanita itu juga mengusap kedua pipinya.
Rekaman adegan itu dimuatkan ke dalam You Tube. Ditonton oleh 25 juta orang di seluruh dunia. Orang-orang pun tahu namanya adalah Paul Potts. Simon Cowell menawarinya rekaman. CDnya laku sebanyak 1 juta keping. Dan Oprah Winfrey pun mengundangnya ke studionya di Chicagodalam acara khusus tentang You Tube. Paul Potts mendapat kehormatan muncul sebagai puncak acara, di ujung acara.
Paul Potts adalah orang yang bisa tetap rendah hati. Saat ditanya Oprah apakah ia meninggalkan profesinya sebagai penjual handphone, ia menjawab ia masih tetap menjual handphone.

No comments:
Post a Comment