Tuesday, September 1, 2009

Surga dan Neraka

Pada suatu hari di satu majlis ilmu tampak terlihat sangat tenang karena materi yang dibahas adalah tentang ihwal surga dan neraka, mereka terlihat begitu terpukau oleh penjelasan sang ustadz. Tiba-tiba tampak seorang jama'ah mengangkat tangannya dan langsung bertanya, " Ustadz, dari tadi banyak bercerita tentang surga dan neraka. Ada yang ingin saya tanyakan. Akan tetapi, tolong, ustadz jangan marah."

" Insya Allah, saya tidak akan marah," jawab Ustadz itu dengan tersenyum.

" Soalnya saya pernah bertanya masalah ini, tapi ustadznya malah marah kepada saya…"

" Insya Allah, saya tidak akan marah," kata Ustadz lagi mengulangi.

" Dari tadi Ustadz menceritakan tentang surga dan neraka. Coba tolong sekarang buktikan kepada saya atau kami, surga itu ada atau tidak, Ustadz?"

Pertanyaan ini membuat jama'ah lainnya menjadi rebut, ada beberapa yang protes. Ustadz itu tetap tersenyum dan berusaha meredakan suasana agar tenang kembali.

" Biarkan beliau bertanya. Apa sudah selesai pertanyaannya? Sedapat mungkin saya akan menjawab bapak, tetapi kalau tidak dapat atau bapak belum puas terhadap jawaban saya maka saya akan minta waktu untuk bertanya lagi kepada orang yang lebih pandai. Saya akan belajar kembali dan membaca buku lebih banyak lagi. Tapi, saya ingin tahu jawaban dari ustadz lainnya agar jawaban saya tidak sama dengan jawaban ustadz sebelumnya."

" Begini Ustadz, saya pernah bertanya tentang pertanyaan itu. Tapi, ustadz itu menjawabnya dengan emosi dan malah mengatakan jika bapak ingin tahu surga dan neraka itu ada atau tidak, bapak harus mati dulu. Nah Ustadz, saya tidak ingin jawaban seperti itu, saya ingin jawaban yang dapat dicerna oleh akal pikiran saya."

" Insya Allah saya tidak akan menjawab seperti itu. Cuma izinkan saya juga bertanya kepada bapak. Dan mohon maaf, bapak juga jangan marah kalau saya akan bertanya sesuatu."

" Saya janji ustadz, tidak akan marah."

" Baik kalau begitu. Sebelum saya menjawab, satu pertanyaan dari saya. Saat ini bapak masih hidup atau sudah mati?"

" Jelas saya masih hidup."

" Apakah Bapak yakin kalau bapak masih hidup?"

" Yakinlah Ustadz, kalau saya ini masih hidup."

" Kalau memang benar yakin masih hidup, apakah bapak bias membuktikannya?"

" Bisa. Saya dapat membuktikannya lewat jasad/tubuh saya. Saya dapat menggerakan tubuh saya, berbicara, menatap ustadz yang saat ini ada didepan saya. Itu semua juga karena adanya ruh."

" Apakah bapak benar-benar yakin kalau masih mempunyai ruh?"

" Yakin."

" Jika bapak benar yakin, bisakah bapak tunjukan kepada saya dimana ruh bapak itu?"

" Ya… yang pasti ada dalam tubuh saya."

" Bisa bapak ceritakan bagaimana bentuknya?"

" Tidak bisa. Yang penting ruh itu ada."

" Bapak yakin kalau ruh itu ada."

"Yakin."

" Bapak pernah melihatnya?"

" Belum pernah."

" Kalau begitu, bapak perrcaya bahwa malaikat dan setan itu ada?"

" Percaya."

" Bapak juga pernah bertemu atau melihat malaikat dan setan?"

" Tidak pernah."

" Bapak percaya dengan adanya Allah?"

" Percaya."

" Pernah melihat?"

" Tidak."

" Bapak, semua yang bapak yakini itu adalah masalah ghaib. Ini kaitannya dengan masalah kepercayaan, keimanan. Bapak mengetahuai adanya ruh, setan, malaikat dan bahkan Allah SWT karena Allah SWT memberitahukannya kepada kita melalui Al-Quran dan juga Rasulullah SAW.
Begitu juga dengan masalah yang bapak tanyakan tentang surga dan neraka. Tidak ada yang pernah melihatnya kecuali Rasulullah SAW pada saat Isra dan Mi'raj. Ini adalah masalah iman. Percaya atau tidak.
Orang-orang yang Berjaya bukan orang yang shalat, zakat haji dulu akan tetapi orang yang beriman dengan yang ghaib. Termasuk masuk surga. Makanya kembali lagi ke rukun iman."

" Ya Allah… inilah jawaban yang saya inginkan, Ustadz…"

( Diambil dari Majalah Al-Kisah No.4 tahun VII edisi 23 Pebruari – 4 Maret 2009)

--
Your Best Regard
www.rindurosul.wordpress.com
http://www.rumahvendi.phpnet.us

Rasulullah SAW, Uang 6 Dirham dan Yahudi

(Disampaikan dalam majlis mingguan di Mesjid Raya Empang Bogor – bersama Alhabib Muhammad bin Agil Al-Attas)

Suatu hari Rasulullah SAW bermaksud berbelanja. Dengan bekal uang 6 dirham, beliau hendak membeli pakaian dan peralatan rumah tangga…

Belum juga sampai di pasar, beliau mendapati seorang anak wanita yang sedang menangis.

Beliau sempatkan bertanya kenapa wanita yg menangis tersebut, "Apa yang menyebabkan anda menangis?"

Anak perempuan itu menjawab, " Tadi pagi saya diberi uang 2 dirham oleh majikan untuk berbelanja keperluan rumah tangga, akan tetapi uang yang diberikan itu hilang. Saya takut majikan saya akan marah karena pulang tidak membawa apa-apa."

Terlintas dibenaknya akan deraan dari majikannya karena itulah dia menangis sampai Rasulullah SAW melihatnya.

Seketika itu juga Rasulullah SAW mengeluarkan uang yang 6 dirham dan diberikannya kepada anak perempuan itu. " Terimalah uang 2 dirham ini sebagai ganti uang majikanmu yang hilang, segeralah belanja keperluan yang diperlukan oleh majikanmu."

Kini uang yang dimiliki oleh Rasulullah SAW tinggal 4 dirham, beliau segera memasuki pasar. Beliau membeli beberapa keperluan rumah serta baju gamis dan pakaian kesukaannya. Semua itu dipanggul sendiri oleh beliau, sesampainya di luar terlihat seorang lelaki tua bertelanjang dada, bersarung kumal berteriak lantang, " Barang siapa yang memberikku pakaian maka aku akan mendo'akannya agar Allah mendandaninya kelak."

Rasulullah SAW mendekatinya dan memberikan gamis dan pakaian yang baru saja dibelinya, melihat orang yang menyambut dan memberikan apa yang dimintanya itu adalah Rasulullah SAW yang menjadi kekasihnya membuat lelaki itu terpana dan berusaha menolaknya akan tetapi Rasulullah SAW tetap memaksanya dan dipakaikannya gamis dan baju baru tersebut sehingga matanya berkaca-kaca atas pelakuan yang diberikan oleh kekasih Allah tersebut.

Dengan langkah ringan beliau meneruskan langkah kakinya hendak segera pulang, akan tetapi lagi-lagi beliau harus bersabar. Didepannya terlihat anak perempuan yang diberi dua dirham tersebut sedang menunggunya, anak tersebut mengadukan persoalan, bahwa ia takut pulang. Ia khawatir akan dihukum oleh majikannya karena terlambat. Sebagai budak saat itu nilainya tidak lebih dari seekor binatang. Hukuman fisik sudah sangat lazim diterima. Maka dengan senang hati, beliau mengantarkan anak perempuan tersebut ke rumah majikannya.

Rasulullah berjalan di muka anak perempuan itu, beliau mengikuti setiap instruksi yang diberikan untuk menuju rumah majikannya. Bila anak itu bilang belok kiri, maka Rasulullah SAW pun belok kiri.

Sesampainya di rumah majikan tersebut, beliau mengucapkan salam. Sekali, dua kali belum ada jawaban. Baru salam yang ketiga dijawab oleh penghuni rumah.

" Mengapa kalian tidak menjawab salamku, baru yang ketiga baru dijawab?" Tanya Rasulullan SAW.

" Ya Rasulullah, salam anda itu adalh do'a karena itu kami ingin dido'akan oleh kekasih Allah." Jawab penghuni rumah.

Rasulullah SAW segera menyampaikan maksud kedatangnya, mendengar hal tersebut penghuni rumah segera berkata." Ya Rasulullah, Kami tidak akan menghukum budak kami karena dia lebih mulia daripada kami. Dia telah berjalan dengan kekasih Allah sedangkan kami belum pernah sekalipun, sudah sejak tadipun kami telah memerdekan budak tersebut karena Allah."

Betapa bahagianya Rasulullah mendengar hal tersebut, beliau bersyukur dengan uang 6 dirham mendapatkan keuntungan ribuan dirham yakni harga budak itu sendiri. Beliau berkata, "Tiadalah aku melihat 6 dirham demikian besar berkatnya dari pada 6 dirham yang ini. Allah telah memberi ketenteraman bagi orang yang ketakutan, memberi pakaian orang yang telanjang, dan membebaskan seorang budak belian."

Akhirnya, rahmat dan kasih sayang, bantuan dan pertolongan kepada masyarakat bawah akan mendatangkan kesejahteraan dan kemajuan. Allah berfirman dalam sebuah hadits Qudsyi. "Bahwanya Allah menolong hamba-Nya, selama ia menolong saudaranya."

Dari cerita tersebut dapat kita lihat semua, betapa mulia dan kasihnya Rasulullah SAW terhadap sesame. Beliau tidak memandang kedudukan dan derajat seseorang, lihatlah apa yang telah dilakukan terhadap seorang budak yang mungkin dimata kita tidak berharga sama sekali akan tetapi Rasulullah SAW tetap memperhatikannya. Karena itu sudah sepatutnya kita mencontoh Akhlak beliau, bila kita memiliki mobil dan kita mempekerjakan saudara kita untuk menyupirinya maka janganlah kita menyebutnya " itu supir kita" akan tetapi katakanlah " saudara saya yang membantu/menolong untuk mengantarkan saya bepergian".

Selain itu juga, hikmah lainnya adalah setiap kita berbelanja di pasar, toko atau dimanapun janganlah kita meminta tolong orang lain untuk membawakan barang belanjaan kita. Contohlah Rasulullah SAW, beliau membawa sendiri barang belanjaannya begitu juga yang telah diikuti oleh para sahabat lainnya.

Setiap peri kehidupan Rasulullah SAW adalah contoh bagi kita semua, kita lihat bahwa hidup Rasulullah sangat sederhana padahal beliau adalah seorang pemimpin umat dan kekasih Allah SWT. Apapun yang dimintanya pasti Allah akan mengabulkannya.

Suatu hari ada seorang yahudi yang memiliki suatu persoalan, ia segera berjalan menuju rumah Rasulullah SAW. Di tengah jalan ia bertemu dengan Rasulullah, segera saja ia menyampaikan maksud dan tujuannya. Rasulullah segera kembali menuju rumah bersama yahudi tersebut akan tetapi ditengah jalan ada seorang wanita tua mencegat beliau untuk bertanya beberapa masalah, Rasulullah segera berhenti dan mendekati wanita tua itu sambil menundukan kepalanya mendengarkan setiap perkataan yang dikeluarkan oleh wanita tersebut. Yahudi itu melihat Rasulullah  SAW begitu sabarnya melayani dan mendengarkan wanita tua itu walaupun pertanyaan itu hanya diulang-ulang, sampai puas barulah meneruskan kembali perjalannnya.

Sesampainya di rumah, Rasulullah SAW mempersilakan yahudi masuk. Ia tidak melihat ada apa-apa di rumah Rasulullah SAW yang ketika itu menjadi seorang pemimpin, hanya ada satu tikar kecil dari pelepah kurma tergeletak hanya cukup untuk satu orang.

Rasulullah SAW mempersilakan yahudi tersebut untuk duduk diatas tikar tersebut, yahudi itu menolaknya akan tetapi Rasulullah SAW tetap memaksanya karena ia adalah tamunya. Akhirnya orang yahudi itu, berkata, " Ya Muhammad, tadinya saya akan menyangka kalau anda tidak akan memperlakukan saya dengan baik karena perbedaan keyakinan. Sungguh mulia akhlakmu, saksikanlah wahai kekasih Allah mulai saat ini saya akan mengikuti ajaranmu. " Saat itu juga ia mengucapkan dua kalimat syahadat.

--
Your Best Regard
www.rindurosul.wordpress.com
http://www.rumahvendi.phpnet.us