Wednesday, May 28, 2008

Catatan Harian Seorang Pramugari

Catatan Harian Seorang Pramugari


Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airline, karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap hari hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.

Pada tanggal 7 Juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya.

Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Peking , penumpang sangat penuh pada hari ini.

Diantara penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, merangkul sebuah karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya, pada saat itu saya yang berdiri dipintu pesawat menyambut penumpang kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.

Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minuman, ketika melewati baris ke 20 , saya melihat kembali kakek tua tersebut, dia duduk dengan tegak dan kaku ditempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung.

Kami menanyakannya mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak, kami hendak membantunya meletakan karung tua diatas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkannya duduk dengan tenang, menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan tegang ditempat duduknya, kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya.

Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit, dengan suara kecil dia mejawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia takut apakah dipesawat boleh bergerak sembarangan, takut merusak barang didalam pesawat.

Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar dia ke toilet, pada saat menyajikan minuman yang kedua kali, kami melihat dia melirik ke penumpang disebelahnya dan menelan ludah, dengan tidak menanyakannya kami meletakan segelas minuman teh dimeja dia, ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah, kami mengatakan engkau sudah haus minumlah, pada saat ini dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan  kepada kami, kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia tidak percaya, katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan dipinggir jalan dia tidak diladeni malah diusir. Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil, karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minunam kepada penjual makanan dipinggir jalan itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.

Setelah kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya.

Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulung sudah bekerja di kota dan yang bungsu sedang kuliah ditingkat tiga di Peking . anak sulung yang bekerja di kota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kota tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal dikota akhirnya pindah kembali ke desa, sekali ini orang tua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di Peking, anak sulungnya tidak tega orang tua tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya bersama-sama ke Peking, tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal dia bersikeras dapat pergi sendiri akhirnya dengan terpaksa disetujui anaknya.

Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan keamanan dibandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut ditempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri, katanya jika ditaruh ditempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur, akhirnya kami membujuknya meletakan karung tersebut di atas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia dengan hati-hati dia meletakan karung tersebut.

Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar, saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantongan kecil? dan meminta saya meletakan makanannya di kantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya, kami semua sangat kaget.

Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa dimata seorang desa menjadi begitu berharga.

Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh didalam suatu kantongan yang akan kami berikan kepada kakek tersebut, tetapi diluar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri, perbuatan yang tulus tersebut benar-benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya.

Sebenarnya kami menganggap semua hal tersebut sudah berlalu, tetapi siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari pintu pesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut dan menyembah kami, mengucapkan terima kasih dengan bertubi-tubi, dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai, kami di  desa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak, hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik, saya tidak tahu bagaimana mengucapkan terima kasih kepada kalian.

Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian, dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataannya. Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seseorang anggota yang bekerja dilapangan membantunya keluar dari lapangan terbang.

Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam-ragam penumpang sudah saya jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain-lain, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami, kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan, hanya menyajikan minuman dan makanan, tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya, perbuatan tersebut membuat saya sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya dimasa datang yaitu jangan memandang orang dari penampilan luar tetapi harus tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri apa yang kita dapat.


(Sumber Dajiyuan)


Zodiak

Sekali buka email ini, gak  bisa berpaling deh. Dibawah ini adalah gambaran yang benar dari tanda2 zodiak,  dicirikan dari sebuah buku yang ditulis 35 tahun yang lalu oleh astrologist  ramalan. Baca tanda zodiac Anda, kemudian forward, dengan tanda zodiac anda  dan labelnya di kotak subject. Ini beneran loh, jangan  abaikan, hal pertama yang bakal Anda perhatikan adalah hari yang  buruk dimulai pagi besok dan semakin buruk dari hari ke hari  

VIRGO – Yang  Menunggu  

Dominan dalam hubungan.  Seseorang sedang mencintai mereka. Selalu menginginkan kata terakhir. Perhatian,  cerdas, nyaring, setia, mudah diajak bicara. Contoh orang yang Anda inginkan,  mudah disenangkan. 7 tahun sial jika tidak di forward
  

SCORPIO – Si  Pecandu  

Sangat memikat, rajin, senang  bercanda, mempunyai selera humor yang baik, giat, senang meramalkan masa depan,  pencium yang baik. Selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan. Menarik, santai,  senang berada dalam hubungan jangka panjang, cerewet, romantis, perhatian.  4 tahun sial jika tidak di forward
  

LIBRA – Si  Pincang  

Menyenangkan tiap orang yang  mereka temui. Cinta mereka adalah kebaikan. Konyol, iseng dan manis. Mempunyai  daya tarik yang unik. Orang yang paling perhatian yang pernah Anda temui, tetapi  bukan orang yang baik yang Anda ingin untuk menghentikan tangis. 9 tahun  sial jika tidak di forward
  

ARIES – Si  Pembohong  

Ramah, menimbulkan rasa  sayang, spontan, rapih. Lucu, pencium yang baik, sangat2 memikat, mencintai  hubungan, pencandu, nyaring. 16 tahun sial jika tidak di  forward
  

AQUARIUS – Bukankah Di  Air??  

Dapat dipercaya, menarik,  pencium yang hebat, baik, suka dalam hubungan jangka panjang, sangat giat, tak  terduga. Melebihi perkiraan Anda. Bukan tukang onar, tapi dapat merobohkan Anda.  2 tahun sial jika tidak di forward
  

GEMINI – Tak Dapat  Ditolak  

Menyenangkan. Cintanya adalah  kebaikan. Pendengar yang baik. Sangat baik di bidangnya. Pencinta bukan pembuat  onar, tapi dia masih bisa merobohkan Anda. Dapat dipercaya. Selalu riang.  Nyaring. Cerewet. Ramah. Sangat pemaaf. Mencintai utuh. Mempunyai senyum manis.  Dermawan. Tangguh. Tak dapat ditolak. 9 tahun sial jika tidak di  forward
  

LEO – Si Singa  

Pembicara yang hebat. Menarik  dan bergairah. Penyandar. Tau bagaimana bersenang2. Baik dalam semua hal.  Pencium yang hebat. Tak terduga. Ramah. Sederhana. Pecandu. Nyaring. Suka dalam  hubungan jangka panjang. Cerewet. Rapih. Jarang ditemui. Baik bila ditemukan. 
 

CANCER – Si  Cantik  

Pencium yang mengagumkan.  Berselera tinggi, cintanya adalah kebaikan. Sangat romantis, seseorang yang  perhatiannya tidak pernah ada temukan. Kreatif. Acak2an dan bangga akan hal itu.  Ajaib. Spontan, hebat bercerita. Bukan tukang onar tapi akan merobohkan Anda  bila macam2. Seseorang yang dapat Anda andalkan. 12 tahun sial jika tidak  di forward
  

PISCES – Pasangan  Hidup  

Perhatian dan baik hati,  cerdas, pusat perhatian, berselera tinggi. Gampang ditemukan, sulit untuk  disimpan. Senang berkeliling, penakut tapi tak terlihat. Punya selera humor yang  baik. Pemikir. Selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Suka bercanda, sangat  populer, konyol, manis. 5 tahun sial jika tidak di forward
  

CARPRICORN – Kekasih Yang  Berhasrat  

Menyenangkan, lancang, pintar,  seksi, suka meramalkan masa depan, susah ditolak. Suka dalam hubungan jangka  panjang. Pembicara yang hebat. Selalu mendapatkan apa yang dia mau. Berkepala  dingin. Suka kepada bintang Gemini dalam berolahraga. Suka bercanda. Cerdas.  24 tahun sial jika tidak di forward
  

TAURUS – Si  Petualang  

Agresif, suka dalam hubungan  panjang, suka berkelahi untuk apa yang mereka inginkan. Ramah, suka menolong  orang saat dibutuhkan, pencium yang baik, berkepribadian baik, keras kepala,  orang yang perhatian, baik, rapi. Orang yang paling menarik di bumi. 15  tahun sial jika tidak di forward
  

SAGITARIUS – Tidak  Pemilih  

Spontan, berselera tinggi,  jarang ditemukan, hebat bila menemukan. Suka berada dalam hubungan panjang.  Banyak cinta untuk diberikan, rapi, sangat menawan, sangat romantis,  menyenangkan bagi tiap orang yang mereka temui, cinta mereka adalah kebaikan,  konyol, manis. Punya selera yang unik. Orang yang perhatian yang pernah Anda  temui. 4 tahun sial jika tidak di forward
   
Jangan terlalu yakin dan percaya bahaya entar mengganggu akidah lho.... 
My personal webhttp://pujakesula.blogspot.com  or  http://endyenblogs.multiply.com/journal 

Cerita Petani

Cerita Petani


Alkisah jaman dahulu kala ada seorang petani miskin yang hidup dengan seorang putera nya. Mereka hanya memiliki seekor kuda kurus yang sehari-hari membantu mereka menggarap ladang mereka yang tidak seberapa. Pada suatu hari, kuda pak tani satu-satu nya tersebut menghilang, lari begitu saja dari kandang menuju hutan.


Orang-orang di kampung yang mendengar berita itu berkata: "Wahai Pak tani, sungguh malang nasibmu!".
Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"


Keesokan hari nya, ternyata kuda pak Tani kembali ke kandangnya, dengan membawa 100 kuda liar dari hutan. Segera ladang pak Tani yang tidak seberapa luas dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah perkasa. Orang-orang dari kampung berbondong datang dan segera mengerumuni "koleksi" kuda-kuda yang berharga mahal tersebut dengan kagum. Pedagang-pedagang kuda segera menawar kuda-kuda tersebut dengan harga tinggi, untuk dijinakkan dan dijual. Pak Tani pun menerima uang dalam jumlah banyak, dan hanya menyisakan 1 kuda liar untuk berkebun membantu kuda tua nya.


Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: "Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!".
Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"


Keesokan hari nya, anak pak Tani pun dengan penuh semangat berusaha menjinakan kuda baru nya. Namun, ternyata kuda tersebut terlalu kuat, sehingga pemuda itu jatuh dan patah kaki nya.


Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: "Wahai Pak tani, sungguh malang nasibmu!".
Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"


Pemuda itupun terbaring dengan kaki terbalut untuk menyembuhkan patah kakinya. Perlu waktu lama hingga tulangnya yang patah akan baik kembali. Keesokan harinya, datanglah Panglima Perang Raja ke desa itu. Dan memerintahkan seluruh pemuda untuk bergabung menjadi pasukan raja untuk bertempur melawan musuh di tempat yang jauh. Seluruh pemuda pun wajib bergabung, kecuali yang sakit dan cacat. Anak pak Tani pun tidak harus berperang karena dia cacat.


Orang-orang di kampung berurai air mata melepas putra-putra nya bertempur, dan berkata: "Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!".
Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"


Kisah di atas, mengungkapkan suatu sikap yang sering disebut: non-judgement. Sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan untuk memahami rangkaian kejadian yang diskenariokan Sang Maha Sutradara. Apa-apa yang kita sebut hari ini sebagai "kesialan", barangkali di masa depan baru ketahuan adalah jalan menuju "keberuntungan" . Maka orang-orang seperti Pak Tani di atas, berhenti untuk "menghakimi" kejadian dengan label-label "beruntung", "sial", dan sebagainya.

 

Karena, siapalah kita ini menghakimi kejadian yang kita sunguh tidak tahu bagaimana hasil akhirnya nanti. Seorang karyawan yang dipecat perusahaan nya, bisa jadi bukan suatu "kesialan", manakala ternyata status job-less nya telah memecut dan membuka jalan bagi diri nya untuk menjadi   boss  besar di perusahaan lain.


Maka berhentilah menghakimi apa –apa yang terjadi hari ini, kejadian –kejadian  PHK , Paket Hengkang , Mutasi tugas  dan  apapun namanya   . . . .yang  selama  ini  kita  sebut  dengan "kesialan" , "musibah " dll ,  karena .. sungguh kita tidak tahu apa  yang terjadi  kemudian dibalik peristiwa itu (di).


"Hadapi badai kehidupan sebesar apapun. Tuhan takkan lupa akan kemampuan kita. Kapal hebat diciptakan bukan untuk dilabuhkan di dermaga saja."


Sumber milis: Cetivasi



Semoga Bermanfaat

Tuesday, May 27, 2008

Abu Nawas; 99% Cerita Bohong

Oleh: Zubaydi Ilyas R.


edy_zir@sidogiri.net


Abu Nawas. Siapa pun pasti pernah mendengar nama ini. Di negara kita, ia dikenal sebagai seorang tokoh cerdik yang sarat dengan cerita-cerita lucu.  Perseteruannya dengan raja Harun al-Rasyid selalu menjadi cerita utama  anak-anak kecil. Penulis sendiri semasa kecil bersama teman-teman yang lain sering mendengarkan kisah Abu Nawas yang diceritakan pak kiai di kampung sehabis mengaji al-Quar’an.  Begitu pula ketika penulis masih di sekolah dasar.



Hebatnya, kisah lucu Abu Nawas seakan tak pernah habis. Selalu ada cerita lucu yang baru hingga akhirnya ia dikenal dengan seorang humoris yang sangat pintar. Raja Harun al-Rosyid, yang disebut sebagai raja dinasti Abasiah paling pintar, tak pernah berhasil mengalahkannya.  Berbagai macam caraâ€"atau tipudayaâ€"dilakukan oleh raja Harun dan Abu Nawas, sekali lagi, dengan kecerdikannya selalu selamat dari ancaman penjara atau hukuman mati Raja Harun.


Syair الهي لست للفردوس اهلا   yang selalu kita baca sehabis shalat Jum’at--yang katanya adalah karya Abu Nawas--menggambarkan betapa jenakanya tokoh dari Baghdad itu. Konon, di dalam kubur Abu Nawas membaca doa di atas sehingga ia selamat dari amukan Munkar-Nakir. Kalau diartikan secara harfiah, doa itu memang agak lucu: masuk surga tak pantas, masuk neraka tidak kuat. Mungkin, dari sikap-sikapnya yang nyeleneh, akhirnya banyak yang  mempercayai bahwa  Abu Nawas adalah wali Allah atau minimal seorang shufi. Gus Dur pun mengatakan bahwa syair itu adalah karya Abu Nawas, “Syair ini dikarang oleh seorang ulama shufi besar di kota Baghdad pada pertengahan abad ke delapan yang silam. Ia Bernama Abu Nawas atau Abu Nuwasâ€[1]


Tidak jelas dari mana sumbernya cerita dan keshufian Abu Nawas itu. Sebab dalam literatur  sejarah Islam, Abu Nawas justeru lebih dikenal sebagai tokoh sastra dari pada seorang ‘pelawak’. Dan sekedar diketahui, ternyata petualangan Abu Nawas bukan dengan Harun al-Rasyid melainkan dengan khalifah setelahnya, Al-Amin, putera Harun. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Abu Nawas tidak pernah bertatap muka dengan Harun al-Rasyid. Penulis juga tak pernah menemukan kisah-kisah lucu dan keshufian Abu Nawas dalam kitab-kitab sejarah. Penulis hanya menemukannya dalam buku-buku bergambar atau buku cerita anak kecil. Para sejarawan hanya mengenalnya sebagai tokoh sastra. Banyak ulama yang menempatkan Abu Nawas sebagai sastrawan Islam nomor wahid di dunia Islam mengalahkan Furazdaq, Jalaluddin al-Rumi, ???


Ibnu Arabi, sejarawan terkenal mengatakan, “Telah aku bandingkan syair Abu Nawas dengan yang lain, ternyata tidak aku temukan syair seindah miliknyaâ€. Tokoh hadits, sejarah dan sastra terkenal di Bashrah bernama Ubaidullah bin Muhammad, mengatakan, “Barang siapa yang belajar sastra tetapi tidak meriwayatkan syair Abu Nawas, maka dia tidak akan sempurna sastranyaâ€. Kultsum al-Uttabi juga mengatakan, “Andaikan Abu Nawas hidup sejak masa Jahiliyah, niscaya tidak seorang pun yang bisa mengalahkannyaâ€.  Imam al-Utbi mengatakan, “Komentar al-Jahidz, “Tidak aku temukan  orang yang alim dalam ilmu bahasa dan lebih fasih lahjahnya dari mengalahkan Abu Nawas†dan masih banyak komentar ulama yang senada dengan di atas.


Sayang, keahliannya dalam bersastra terkontaminasi oleh kebiasaannya yang mujun (???, KBI). Hampir semua kitab sejarah menyebutkan hal yang sama: Abu Nawas adalah sastrawan cabul: gemar minuman keras, berbicara kotor dan puisi-puisinya banyak mengkritik hadits dan ayat al-Qur’an yang melarang minum Khomer. Ia sering keluar masuk penjara karena puisi-puisinya itu. 


Puisi dan cerita mujun-nya bisa dilihat dalam kitab-kitab sejarah seperti, Tarikh al-Islam  (juz 10/161) karya sejarawan handal adz-Dzahabi,  Tarikh Baghdad (juz 7/ 436) karya Khatib al-Baghdadi, Tahdzib ibn Asakir juz 4, (Giografi Abu Nawas), Wafayat al-A’yan karya Ibnu Khalkan, Masalik al-Abshar (jilid 9), Syudzurat al-Dzahab (juz 1/345)  atau  kitab Mulhaq al-Aghani juz 25 karya Abu al-Faraj al-Ashbihani yang khusus menerangkan biografi Abu Nawas.


Tanpa maksud berapologi, di samping peminum minuman keras, Abu Nawas ternyata juga seorang seorang homosex, hal yang terasa asing ditelinga kita. Seorang tokoh  Timur Tengah menulis sebuah disertasi mengenai hal ini. Dalam disertasinya yang berjudul al-Syudzudz al-Jinsiyah (kelainan seksual), beliau mengupas habis kepribadian Abu Nawas terutama tentang kelainan seksualnya. “Karena itulah, selama hidupnya ia tidak pernah menyukai orang perempuanâ€.  Dalam Mulhaq al-Aqhani juz 25 disebutkan bahwa Abu Nawas pernah dikawinkan secara paksa oleh orang tuanya dengan salahsatu wanita yang masih familinya, tapi keesokan harinya perempuan itu dithalaknya karena Abu Nawas tidak mencintainya. Ia pernah mencintai seorang perempuan bernama Jinan. Sayang, cintanya tak sampai. 


Kecabulannnya inilah yang membuat Abu Nawas nyaris tidak mendapatkan simpati dari tokoh-tokoh Islam. Salah satu bukti, dalam kitab-kitab balaghah sangat jarang dijumpai pengarangnya menggunakan contoh dari syair-syairnya. Kehebatan sastranya tenggelam di telan kefasikannya. Dalam kesusteraan Arab, nama-nama seperti ???  lebih dikenal dari pada nama Abu Nawas. Orang sebesar Imam Syafi’i pun mengakui kehebatan sastranya. Beliau mengatakan, “Seandainya Abu Nawas tidak mujun, niscaya aku akan belajar sastra kepadanyaâ€.  Para pengamat sastra menyimpulkan, ada tiga generasi dalam sastra Arab. Di masa Jahiliyah, hanya ada seorang penyair yang tak tertandingi yaitu Imru’ul Qois, dan pada masa awal perkembangan Islam ada nama Jarir dan Furazdaq, musuh al-Hajjaj, sedang di abad terakhir hanya nama Abu Nawas yang terhebat. 


Dus, penulis tidak pernah menemukan keterangan bahwa Syair yang biasa dibaca setelah shalat Jum’at itu adalah karya Abu Nawas. Dalam sebuah kitab justeru disebutkan bahwa syari itu adalah karya Syekh al-Sya’roni, bukan milik Abu Nawas. Begitu pula dengan cerita-cerita lucunya, tidak ditemukan dalam letiratur sejarah.


Apakah ia seorang wali? Kita tidak bisa menjawabnya. Mengatakan iya, tidak ditemukan sumbernya dalam kitab. Menjawab bukan wali, kita takut. Walaupun ada sebagian ulama berpendapat bahwa Abu Nawas termasuk kafir zindiq, atau minimal fasiq. Tetapi kita mesti ingat  bahwa Nabi saw. pernah bersabda, “Allah tidak menampakkan kekasih (wali) nya kepada kita semata karena kasihan kepada kitaâ€. Artinya, kalau semua walinya ditampakkan kepada kita, maka kita harus menghormati mereka. Apakah itu tidak menimbulkan masyaqqah? Memang pada detik-detik akhir kehidupannya, Abu Nawas berubah total. Khamer dan amrad yang menjadi trade merknya sejak ia menginjak dewasa dibuang jauh-jauh. Ia tidak lagi menggubah puisi-puisi mujun. Lembaran-lembaran syairnya dibakar habis, “Aku takut setalah aku mati nanti masih tersisa satu dari syairku. Oleh karena itu aku membakarnya†kata Abu Nawas ketika ditanya oleh salah seorang temannya.  Kehidupan zuhudnya pada injury time itu terangkum dalam beberapa syairnya yang kemudian dikenal dengan isltilah zuhdiyat.


Dari salah satu syair zuhdiyatnya ini, ada empat bait syair yang mirip dengan syair yang biasa dibaca sehabis shalat Jum’at itu.


يارب ان عظمت ذنوبي كثرة                   فلقد علمت بأن عفوك اعظم


ان كان لايرجو  ك الا محسن                  فمن الذي يرجو ويدعو مجرم


أدعوك رب كما أمرت تضرعا     فإذا رددت يدي فمن ذا يرحم


مالي اليك وسـيلة الا الـرجا        وجمـيل ظـني ثم اني مسـلم


Konon, setalah meninggal, salah seorang temannya bermimpi bertemu dengan Abu Nawas dengan wajah yang sangat tampan dan pakaian yang serba bagus.


“Apa yang kamu terima dari Allah?â€


“Allah mengampuni segala dosakuâ€


“Mengapa?â€


“Karena puisi-puisiku yang aku gubah sebelum aku matiâ€.


Alhasil, dari manakah sumber cerita yang sering kita dengar itu? Jawabnya, mungkin Abu Nawas ada dua: yang satu ada di kota Baghdad, Iraq. Sedang satunya ada di Indonesia. Dan yang kita dengar cerita itu adalah Abu Nawas yang hidup di Indonesia.


Wallahu A’lam.(zir)




[1]  Gus Dur, disampaikan dalam salah satu acara talk shownya dan direkam dalam VCD.

dari sidogiri.com
 
My personal webhttp://pujakesula.blogspot.com  or  http://endyenblogs.multiply.com/journal 

Sunday, May 25, 2008

Karim Germanus, Legenda Muslim Hungaria

Karim Germanus, Legenda Muslim Hungaria    
Minggu, 25 Mei 2008
Ia menentang sikap orientalis. Ia juga melahirkan banyak buku akibat kecintaannya terhadap Islam. Kelak, ia dikenang sebagai legenda Muslim di Hungaria

"Islam satu saat nanti akan memperlihatkan keajaibannya pada saat dunia mulai diliputi oleh kegelapan." (Abdul Karim Germanus)

ImageHidayatullah.com--Dr. Abdul Karim Germanus (1884-1979) adalah seorang orientalis terkemuka asal Hungaria dan juga seorang akademisi yang telah mendunia. Perjalanan spiritual Abdul Karim Germanus (dulu bernama Julius Germanus) mencari Islam menyita hampir separuh perjalanan hidupnya. Dia menghabiskan sepanjang hidupnya untuk mempertahankan Islam dan bahasa Arab. Selepas melewati masa-masa sulit semasa remaja dan lepas dari belenggu tradisi, dia kemudian tertarik untuk mempelajari Islam.

Germanus menggambarkan kisah keislamannya itu sebagai "bangunnya sebuah kehidupan baru." Disebutkan, awal perkenalannya dengan Islam adalah di Turki pada saat menjadi mahasiswa di sana. Kemudian, dia pergi ke India untuk mengajar di sana, pada masa Perang Dunia I. Dan di negeri Bollywood itulah dia mengucapkan dua kalimah syahadah. Selepas bertugas di India Germanus kembali ke Hungaria dan diangkat sebagai profesor di sana. Dia sering beradu argumentasi dengan para profesor dan orientalis Hungaria, terutama tentang kebenaran Islam. Berikut kisah perjalanan hidup salah satu legenda Muslim di Hungaria ini yang diambil dari beberapa sumber.

***

Awal perjalanan

Germanus lahir di Budapes, ibukota Hungaria pada tahun 1884 dan dibesarkan dalam nuansa Kristen taat. Segera setelah lulus dari Universitas Budapes, dia memutuskan untuk mengambil spesialisasi bahasa Turki. Selanjutnya pada tahun 1903 dia pergi ke Istanbul. Dia diterima di Universitas Istanbul dan mengambil program studi bahasa Turki. Selama bertahun-tahun tinggal di sana akhirnya dia menjadi fasih baik dalam hal percakapan, membaca maupun menulis.

Selama di Istanbul, Germanus juga belajar Al-Quran berikut terjemahan dalam bahasa Turki. Itulah perkenalan awalnya dengan Islam. Dengan kemampuannya yang tinggi dalam membaca terjemahan Al-Quran berbahasa Turki, membuatnya mudah memahami Islam langsung dari sumber aslinya. Tak hanya itu, dia juga membandingkan terjemahan dalam beberapa bahasa lainnya. Sebuah upaya yang lazim dilakukan oleh misionaris Kristen untuk mengkaji kelemahan Islam.

Namun Germanus justru tertarik dengan Islam. Termotivasi dengan kebenaran agama Islam, dia memutuskan untuk melakukan penelitian yakni menelusuri apa saja yang telah ditulis oleh orang-orang Kristen tentang Islam dan membandingkannya dengan sumber aslinya yaitu Al-Quran dan Sunnah Nabi. Dia melakukan berbagai upaya. Misalnya dengan membaca terjemahan kitab-kitab hadis dalam rangka mempelajari perkataan-perkataan Nabi Muhammad SAW.

"Bertengkar" dengan profesor

Germanus kembali ke Hungaria dan berjumpa dengan beberapa eks profesornya di Universitas Budapes. Mereka punya reputasi hebat sebagai orientalis. Namun sering menyampaikan pemikiran-pemikiran yang menyimpang tentang Islam. Germanus berdebat dengan para profesor itu. Dia menceritakan karakter sesungguhnya dari sosok Nabi Muhammad SAW. Uraiannya didasarkan pada berbagai hadis yang dia ketahui. Setelah puas "bertengkar" dengan para profesornya, Germanus memutuskan belajar bahasa Arab lebih mendalam lagi. Germanus memang punya bakat besar di bidang bahasa. Buktinya, dalam jangka waktu singkat dia sudah mahir berbahasa Arab. Belum puas, dia juga belajar bahasa Persia.

Tahun 1912, Germanus diangkat sebagai profesor bahasa Arab, Persia dan Turki di Hungarian Royal Academy di Budapes. Dia juga mengasuh mata kuliah Sejarah Islam. Selanjutnya dia memimpin Department of Oriental studies pada Budapest University of Economics.

 

Bersyahadah di India

Pada tahun 1928, setelah bekerja beberapa lama di University of Budapest, sastrawan dan penerima Nobel terkemuka asal Bangladesh (dulu masih bernama India -red) Rabindranath Tagore (1861-1941) mengundang Germanus untuk mengajar sekaligus memimpin program Islamic Studies di Visva-Bharati University. Germanus bermukim di India selama beberapa tahun dan disana pula dia menemukan cahaya Islam. Prosesi syahadahnya berlangsung di Mesjid Agung Delhi dan dia berganti nama menjadi Abdul Karim. Universitas tempat dia bekerja tak mendiskriminasikannya gara-gara masuk Islam. Bahkan dia mendapat kelonggaran, misalnya untuk menunaikan shalat Jumat ke mesjid.

Keinginan Germanus yang kuat untuk mendalami Islam dan menyelami sifat-sifat khas Muslim telah mempertemukannya dengan salah satu pujangga Islam tersohor asal Pakistan yakni Muhammad Iqbal. Rasa ingin tahu Germanus yang begitu tinggi hingga dia sering terlibat pembicaraan hingga berjam-jam lamanya. Tak hanya itu, mereka juga sering berdiskusi tentang aktifitas para orientalis dan misionaris Kristen.

Germanus dan Iqbal punya pandangan berbeda tentang aktifitas misionaris Kristen. Menurut Germanus, propaganda yang disebarkan oleh para misionaris Kristen di Eropa sebagai sebuah masalah pelik yang mengkhawatirkan. Sementara Iqbal justru melihat masalah sesungguhnya ada pada orang Islam sendiri. Iqbal menyebut kesatuan Muslim yang lemah yang membuat Islam mudah diombang-ambing.

Belajar bahasa Arab klasik

ImageKecintaan Germanus pada bahasa Arab telah membawanya ke Kairo, tempat dimana dia kemudian belajar bahasa Arab klasik. Satu ketika, pada saat pertama kali menjejakkan kakinya di pelabuhan Alexandria, dia mengaku sangat terkejut dengan respon yang diberikan oleh penduduk setempat. Mereka pada tertawa mendengar bahasa Arab Germanus. Bukan apa-apa, karena dia berbicara dengan menggunakan bahasa Arab klasik atau kuno!

Mereka, warga Alexandria, berbincang dengan memakai dialek setempat hingga Germanus tak mampu mencerna apa yang mereka ucapkan. Kontan dia merasa marah dan berteriak lantang, "Saya kemari untuk belajar bahasa Al-Quran dari Anda! Kenapa kalian justru menertawakan dan mengejek saya?"

Selama di Mesir, Germanus menjalin hubungan erat dengan penulis terkenal negeri kuda nil itu yakni Mahmoud Timour. Mahmoud bahkan menulis tentang perjalanan Germanus mencari Islam dalam bukunya Behind the Veil (Dibalik Hijab) yang berisi kumpulan kisah-kisah pendek. Dia menyebut Germanus seorang teman yang baik, yang memiliki kecakapan bahasa Arab demikian mengagumkan. Menurut Mahmoud, Germanus memainkan peranan yang penting dalam menjaga dan melestarikan bahasa Arab klasik.

Begitulah, akhirnya Germanus benar-benar mencapai tingkat kemahiran yang tinggi dalam tata bahasa Arab (baca: Al-Quran). Dia selanjutnya kembali ke kampung halaman dan menjadi profesor di Universitas Budapes bidang sejarah dan kebudayaan selama hampir 40 tahun lamanya. Dia banyak mempublikasikan hasil-hasil pemikirannya, terutama tentang kebangkitan bahasa Arab klasik di dunia Arab. Obsesinya adalah membangkitkan kembali kejayaan bahasa Arab klasik yang mati suri selama sekian lama. Impiannya, satu saat nanti semua negara-negara Arab bisa bercakap dengan format bahasa Arab yang seragam hingga akan mengikat kesatuan di antara mereka serta tumbuh kecintaan akan warisan budaya dan sejarah Arab yang begitu tinggi.

Menentang sikap orientalis

Sepanjang perjalanan karir akademisnya, Germanus berperang melawan orientalis di Eropa. Dalam berbagai penjelasan, dia selalu menyampaikan argumentasinya berdasarkan data dan fakta serta rasional. Begitupun dia selalu mendapat tentangan, bahkan menjurus permusuhan. Akibatnya sering berselisih pendapat dengan para orientalis lain. Bahkan dia dipecat oleh pihak universitas dengan alasan kelakuan yang tidak pantas. Sebaliknya dengan para mahasiswa bimbingannya, meskipun Germanus dicap berseberangan pemikiran dengan para orientalis, mereka tetap mendukung ide-ide yang dibawanya. Mereka menghargai pekerjaannya dan melihat buah karyanya punya pengaruh yang besar secara akademis, di Barat dan dunia Islam. Karena dukungan para mahasiswa itu pula dia masih masih bisa tetap menjadi staf pengajar di universitas.

Naik Haji

Di Hungaria, Germanus berusaha keras memberikan pencerahan kepada Muslim di negerinya, yang kala itu berjumlah antara 1000 hingga 2000 jiwa. Dia mendirikan sebuah organisasi guna menjembatani hubungan antara Islam dengan pemerintah. Misinya kala itu adalah membawa Islam agar diterima sebagai salah satu agama resmi di Hungaria.

Tahun 1935 Germanus menunaikan rukum Islam kelima dan menjadi satu dari sedikit Muslim Eropa yang berangkat ke Mekkah pada masa itu. Tahun 1939 dia menunaikan ibadah haji untuk kali kedua. Bahkan kisah perjalanan rohaninya ke Mekkah dirangkumnya dalam sebuah buku berbahasa Hungaria yang cukup terkenal berjudul Allahu Akbar! Buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa.

Germanus menikah dengan seorang perempuan Eropa yang dulunya beragama Kristen. Setelah beberapa lama, sang istri akhirnya memeluk Islam dengan disaksikan oleh Syekh Ahmed Abdul Ghafur Attar, seorang penulis dan akademisi Islam terkenal.

Publikasi Islam di Eropa

Germanus aktif berdakwah melalui tulisan. Dia menulis tentang Islam di pelbagai media di Eropa. Dalam sebuah artikelnya dia pernah menulis bahwa Islam satu saat nanti akan memperlihatkan keajaibannya pada saat dunia mulai diliputi oleh kegelapan.

Germanus bisa disebut sebagai jenius bahasa. Buktinya dia menulis banyak buku, diantaranya The Greek, Arabic Literature in Hungarian, Lights of the East, Uncovering the Arabian Peninsula, Between Intellectuals, The History of Arabic Literature, The History of the Arabs, Modern Movements in Islam, Studies in the Grammatical Structure of the Arabic Language, Journeys of Arabs, Pre-Islamic Poetry, Great Arabic Literature, Guidance From the Light of the Crescent (a personal memoir), An Adventure in the Desert, Arab Nationalism, Allahu Akbar, Mahmoud Timour and Modern Arabic Literature, The Great Arab Poets, dan The Rise of Arab Culture.

Germanus yang meninggal pada 7 Nopember 1979 mengabdikan dirinya untuk Islam sepanjang lebih kurang 50 tahun. Begitulah, kisah sang legenda yang tak lekang oleh zaman. Dia dikenang hingga kini sebagai salah satu legenda Muslim di Hungaria. [Zulkarnain Jalil/www.hidayatullah.com]


 
My personal webhttp://pujakesula.blogspot.com  or  http://endyenblogs.multiply.com/journal 

Tuesday, May 20, 2008

Abdullah bin Zubair

Seorang pemimpin gerakan oposisi pada masa Khalifah Ali bin Abi Talib dan awal khilafah Bani Umayyah. Dia adalah bayi pertama yang lahir dikalangan Muhajirin di Madinah. Ayahnya bernama Zubair bin Awwam dan ibunya, Asma binti Abu Bakar as-Siddiq. Ia sepupu dan juga kemenakan Nabi Muhammad SAW dari istrinya, Aisyah binti Abu Bakar. Ia termasuk salah seorang dari "Empat 'Ibadillah" (empat orang yang bernama Abdullah) dari 30 orang lebih sahabat Nabi SAW yang dikenal menghafal seluruh ayat-ayat Al-Qur'an, Tiga orang 'Ibadillah lainnya adalah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar bin Khatab, dan Abdullah bin Amr bin As.

Ibnu Zubair telah mengenal perang sejak berusia 12 tahun, yaitu ketika bersama ayahnya turut dalam Perang Yarmuk (Agustus 636M), dan empat tahun kemudian kembali menyertai ayahnya yang menjadi anggota pasukan Amr bin As di Mesir. Ibnu Zubair juga mengambil bagian dalam ekspedisi Abdullah bin Sa'ad bin Abi Sarh melawan orang-orang Byzantium di Afrika. Semua peristiwa tersebut mengundang kekaguman penduduk Madinah kepadanya.

Di masa Khalifah Usman bin Affan, ia duduk sebagai anggota panitia yang bertugas menyusun Al-Qur'an. Di masa KhalifahAli bin Abi Talib, ia bersama Aisyah mengatur langkah untuk menantang Khalifah tersebut untuk menuntut penyelesaian kasus pembunuhan Khalifah Usman. Gerakan ini didukung oleh beberapa tokoh, seperti Ja'la bin Umayyah dari Yaman, Abdullah bin Amr Basra, Sa'ad bin As, dan Wahid bin Uqbah (pemuka kalangan Umayyah di Hedzjaz) dan beberapa sahabat senior (Talhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam), dan ayahnya. Perselisihan antara kelompoknya dan kelompok Ali yang sedang berkuasa diselesaikan dalam Perang Unta (Waqiah al-Jamal). Dalam perang inilah ia menyaksikan ayahnya gugur. Disebut Perang Unta karena Aisyah mengendarai unta saat memimpin pasukan itu.

Ibnu Zubair kembali melawan Dinasti Bani Umayyah. Meskipun di masa Mu'awiyah bin Abi Sufyan bentuk perlawanannya belum bersifat terbuka, ia tampil menantang khilafah (pemerintahan) Bani Umayyah secara terang-terangan. Ia memprotes Yazid, putra Mu'awiyah, yang naik menjadi khalifah atas penunjukan ayahnya setelah ayahnya wafat. Yazid memerintahkan walinya di Madinah untuk memaksa Ibnu Zubair bersama Husein bin Ali (cucu Nabi SAW) dan Abdullah bin Umar agar menyatakan kesetiaan kepadanya. Ibnu Zubair dan Husein tetap membangkang. Demi keamanan, keduanya pindah ke Mekah. Ia tetap sebagai penantang khalifah sekalipun Husein, tak lama sesudah itu, tewas dengan menyedihkan dalam pertempuran tak seimbang di Karbala (10 Oktober 680M).

Pernyataan secara terbuka, bahwa kekuasaan Yazid tidak sah membawa pengaruh luas
dikalangan ansar di Madinah yang akhirnya melahirkan pemberontakan. Setelah menunggu kesempatan yang baik, Yazid mengerahkan tentara Suriah di bawah pimpinan Muslim bin Uqbah dan memadamkan pemberontakan orang-orang Madinah tersebut dalam Perang Harran (Agustus 683M). Kematian Muslim bin Uqbah tak menghalangi tentara tersebut untuk bergerak menuju Mekah dengan sasaran mematahkan perlawanan Ibnu Zubair. Tentara tersebut mengepung dan menghujani kota Mekah dengan batu dan panah api yang menyebabkan Ka'bah terbakar. Berita meninggalnya Khalifah Yazid menyebabkan komandan pasukan, Husain bin Numair, mencoba membujuk Ibnu Zubair agar bersedia bergabung dengan mereka untuk kembali ke Suriah. Ibnu Zubair menolak bujukan tersebut dengan mengatakan bahwa ia akan tetap di Mekah. Selanjutnya, ia memproklamasikan dirinya sebagai amirulmukminin. Sekalipun proklamasi itu tidak lebih dari sekedar nama, namun lawan-lawan dinasti Bani Umayyah di Suriah, Mesir, Arab Selatan, dan Kufah sempat menghargainya sebagai khalifah.

Setelah Mu'awiyah II putra dan pengganti Yazid meninggal dunia, Ibnu Zubair muncul sebagai kandidat khalifah atas dukungan Bani Qais. Selain itu ada kandidat lainnya yaitu, Marwan bin Haqam (dukungan Bani Qalb) dan dua kabilah Arab berdomisili di Suriah, juga saling bersaing mengajukan calon masing-masing. Akan tetapi, Ibnu Zubair terpojok tatkala peta kekuatan politik mengalami perubahan, akibat pemberontakan di Kufa (685M) dan pembelontan di antara pengikutnya, setelah Yazid wafat. Pengepungan membawa kematiannya terjadi ketika
Hajjaj bin Yusuf as-Saqafi ditugaskan oleh khalifah Abdul Malik bin Marwan, putra Marwan bin Hakam, untuk menyelesaikan perlawanan "Sang Penantang Enam Khalifah" - dari Ali, Mu'awiyah, Yazid, Mu'awiyah II, Marwan bin Hakam, sampai Abdul Malik.

Tidak kurang dari tujuh bulan (Maret-Oktober 692M) diperlukan untuk menghujani kota suci Mekah dan Ka'bah dengan bombardir pasukan al-Hajjaj untuk melumpuhkan perlawanan Ibnu Zubair. Ia masih bertahan tatkala putra-putranya menyerahkan diri kepada al-Hajjaj. Keperkasaannya bangkit kembali setelah berjumpa sebentar dengan ibunya yang sudah buta, yang mendorongnya dengan memberikan semangat juang. Padahal sebelumnya, ia sempat menyatakan kepada ibunya rasa khawatir, bahwa mayatnya akan diperlakukan secara sadis oleh para pembunuhnya kelak. Ibunya mengatakan bahwa kambing yang sudah disembelih tak sedikit pun akan merasakan sayatan-sayatan pada dagingnya. Jawaban ini mendorongnya keluar dari rumah tempat ia bertahan , maju ke tengah-tengah lawannya yang kemudian menyergap dan menghabisinya. Mayatnya ditempatkan pada tiang gantung yang sama di mana saudaranya, Amr, pernah mengalami hal serupa. Atas perintah Abdul Malik, mayatnya kemudian diserahkan kepada ibunya. Taklama berselang, setelah menguburkan mayat putranya itu, ia pun wafat. 

sumber : http://islam.blogsome.com/category/kisah-sahabat/page/12/
 

My personal webhttp://pujakesula.blogspot.com  or  http://endyenblogs.multiply.com/journal 

‘Ammar bin Yasir

Yasir bin 'Amir, ayahanda 'Ammar, berangkat meninggalkan negerinya di Yaman guna mencari dan menemui salah seorang saudaranya… Rupanya ia berkenan dan cocok tinggal di Mekah. Bermukimlah ia disana dan mengikat perjanjian persahabatan dengan Abu Hudzaifah Ibnul Mughirah. Abu Hudzaifah mengawinkan dengan salah seorang sahayanya bernama Sumayah
binti Khayyath, dan dari perkawinan yang penuh berkah ini, dikarunia seorang putra bernama 'Ammar.

Keislaman mereka termasuk dalam golongan yang pertama, sebagaimana halnya dengan mereka yang pertama masuk Islam. Mereka cukup menderita dengan sikap kebiadaban dan kekejaman kaum Quraisy… Orang-orang Quraisy menjalankan siasat terhadap kaum muslimin sesuai suasana: seandainya mereka ini golongan bangasawan dan berpengaruh, mereka
hadapi dengan ancaman dan gertakan. Abu Jahal, misalnya, menggertak dengan ungkapan, "Kamu berani meninggalkan agama nenek moyangmu padahal mereka lebih baik daripadamu! Akan kami uji sampai dimana ketabahanmu; akan kami jatuhkan kehormatanmu; akan kami rusak perniagaanmu; dan akan kami musnahkan harta bendamu!" Setelah itu, mereka lancarkan kepadanya perang urat syaraf yang amat sengit. Sementara, sekiranya yang beriman itu dari kalangan penduduk Mekah yang rendah martabatnya dan yang miskin; atau dari golongan budak belian, mereka didera dan disulutnya dengan api bernyala.

Keluarga Yasir telah ditakdirkan oleh Allah SWT termasuk dalam golongan yang kedua ini. Maka, masuklah keluarga Yasir ke dalam kelompok yang mendapat perlakuan yang zalim dari mereka. Setiap hari, Yasir, Sumayyah, dan 'Ammar dibawa ke padang pasir Mekah yang demikian panas, lalu didera dengan berbagai adzab dan siksa.

Dengan cobaan itu, Sumayyah telah menunjukan kepada manusia sikap ketabahan, suatu kemuliaan yang tak pernah hapus dan kehormatan yang pamornya tak pernah luntur; suatu sikap yang telah menjadikannya seorang bunda kandung bagi orang-orang mu'min disetiap zaman, dan bagi para budiman sepanjang masa.

Pengorbanan-pengorbanan mulia yang dahsyat itu tak ubahnya sebagai tumbal yang akan menjamin bagi agama dan 'aqidah yang teguh dan tak akan lapuk. Ia juga menjadi teladan yang akan mengisi hati orang-orang beriman dengan rasa simpati, kebanggan dan kasih sayang; ia adalah menara yang akan menjadi pedoman bagi generasi-generasi mendatang untuk mencapai hakikat agama, kebenaran dan kebesarannya…

Untuk meletakkan dasar, memancangkan tiang-tiang, dan memperkokoh agama-Nya, Allah memperlihatkan model contoh melalui para pemuka dan tokoh-tokoh utamanya dengan sikap pengorbanan harta dan jiwanya agar menjadi teladan istimewa bagi orang-orang beriman yang kemudian.

Sumayyah, Yassir, dan 'Ammar adalah termasuk teladan istimewa, sampai-sampai Rasulullah SAW setiap hari mennghampiri tempat dimana mereka mendapat siksaan dari orang-orang zalim.

Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW mengunjungi mereka, 'Amar memanggilnya, katanya, "Wahai Rosulullah, adzab yang kami derita telah sampai ke puncak." Maka, seru Rasulullah SAW, "Sabarlah, wahai Abal Yaqdhan… Sabarlah, wahai keluarga Yasir…Tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah syurga!" Betapa beratnya siksaan yang dialami 'Ammar oleh kaum yang zalim, dilukiskan oleh kawan-kawannya dalam beberapa riwayat: berkata 'Ammar bin Hakam, "Ammar itu disiksa - sampai-sampai ia tidak menyadari apa yang diucapkannya." Berkata pula 'Ammar bin Maimun, "Orang-orang musyrik membakar 'Ammar bin Yasir dengan api." Maka Rasulullah SAW lewat di tempatnya, lalu memegang kepalanya dengan tangan beliau, sambil bersabda, "Hai api, jadikan kamu sejuk dan dingin di tubuh 'Ammar, sebagaimana kamu dulu juga sejuk dan dingin di tubuh Ibrahim!"

Orang-orang musrik menghabiskan segala daya dan upaya dalam melampiaskan kezaliman dan kekejiannya terhadap 'Ammar, sampai-sampai ia meresa dirinya benar-benar celaka, ketika siksaan itu mencapai puncaknya: didera, dicambuk, disalib di hamparan gurun yang panas, ditindih dengan batu laksana bara merah, dibakar dengan besi panas, bahkan sampai ditenggelamkan ke dalam air hingga sesak nafasnya dan mengelupas kulitnya yang penuh dengan luka. Ketika ia sampai tidak sadarkan diri karena siksaan yang demikian berat,
orang-orang itu mengatakan kepadanya, "Pujalah olehmu Tuhan-Tuhan kami!" Mereka ajarkan kepadanya pujaan itu, sementara ia mengikutinya tanpa menyadari apa yang diucapkannya.
Ketika ia siuman sebentar karena siksaannya berhenti, tiba-tiba ia sadar akan apa yang telah diucapkannya. Maka, hilanglah akalnya dan terbayanglah diruang matanya, betapa besar kesalahan yang telah dilakukannya, suatu dosa besar yang tak dapat ditebus dan diampuni lagi…, Tetapi iradat Allah Yang Maha Agung lagi Maha Tinggi telah memutuskan agar peristiwa yang mengharukan itu mencapai titik kesudahan yang amat luhur…. Tangan yang penuh berkah
itu terulur menjabat tangan 'Ammar sambil menyampaikan selamat kepadanya, "Bangunlah hai pahlawan! Tak ada sesalan atasmu dan tak ada cacat!"

Sungguh benar apa yang telah difirmankan Allah SWT, artinya, "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan: "Kami telah beriman," padahal mereka belum lagi diuji?" (Q. S. Al-'Ankabut: 2)

"Apakah kalian mengira akan dapat masuk Syurga, padahal belum lagi terbukti bagi Allah orang-orang yang berjuang diantara kalian, begitupun orang-orang yang tabah?" (Q. S. Ali Imran: 142)

"Sungguh, kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, hingga terbuktilah bagi Allah orang-orang yang benar dan terbukti pula orang-orang yang dusta." (Q. S. Al-'Ankabut: 3)

"Apakah kalian mengira akan dibiarkan begitu saja, padahal belum lagi terbukti bagi Allah orang-orang yang berjaung diantara kalia?" (Q. S. At-Taubah: 16)

"Dan musibah yang telah menimpa kalian disaat berhadapannya dua pasukan, adalah dengan adzin Allah, yakni agar terbukti baginya orang-orang yang beriman." (Q. S. Ali Imran:166)

'Ammar menghadapi cobaan dan siksaan itu dengan ketabahn luar biasa, hingga pendera-penderanya merasa lelah, lemah, dan bertekuk lutut di hadapan tembok keimanan yang maha kokoh. Memang, demikianlah Al-Qur'an mendidik para pemeluknya: menghadapi kekejaman dan kekerasan dengan kesabaran, keteguhan dan pantang menyerah, yang merupakan esensi dari keimanan.

Suatu ketika, Rasulullah SAW menjumpai 'Ammar; didapatinya ia sedang menangis, maka disapulah isak tangis itu dengan tangan beliau seraya sabdanya, "Orang-orang kafir itu telah menyiksamu dan menenggelamkanmu kedalam air sampai kamu mengucapkan begini dan begitu…?"

"Benar," wahai Rasulullah," ujar 'Ammar sambil meratap. Maka sabda Rasullah sambil tersenyum, "Jika mereka memaksamu lagi, tidak apa, ucapkanlah seperti apa yang kamu katakan tadi!"

Kemudian, Rasulullah membacakan kepadanya sebuah ayat: "Kecuali orang yang dipaksa, sedang hatinya tetap teguh dalam keimanan." (Q.S. An-nahl: 106) Setelah mendengarnya, kembalilah 'Ammar dengan hati yang diliputi rasa haru, tenang, dan bahagia: seolah telah hilang semua penderitaan yang selama ini ia rasakan.

'Amar menduduki martabat yang tinggi di tengah-tengah masyarakat Islam yang beriman; Rasulullah SAW amat sayang kepadanya; beliau sering membanggakannya kepada para sahabat lainnya, katanya, "Diri 'Ammar dipenuhi keimanan sampai ke tulang pungungnya!"

Ketika terjadi selisih faham antara Khalid bin Walid dengan 'Ammar, Rasullah bersabda:
"Siapa yang memusuhi 'Ammar, maka ia akan dimusuhi Allah; dan siapa yang membenci 'Ammar, maka ia akan dibenci Allah!" Maka, tak ada pilihan bagi Khalid bin Walid, pahlawan Islam itu, selain segera mendatangi 'Ammar untuk mengakui kekhilafannya dan meminta maaf.

Mengenai perawakan 'Ammar, para ahli riwayat melukiskannya sebagai berikut: Ia adalah seorang yang bertubuh tinggi dengan bahunya yang bidang dan matanya yang biru; seorang yang amat pendiam: tidak suka banyak bicara. Sepak terjangnya di dalam medan pertempuran, 'Ammar termasuk pejuang militan yang tangguh. Ia senantiasa ikut bergabung bersama Rasulullah dalam semua perjuangan bersenjata seperti: perang Badar, Uhud, Khandak, dan Tabuk.

Bahkan, tatkala Rasulullah telah mendahuluinya ke Ar-Rafiqul A'la, ia tidaklah berhenti, tetapi melanjutkan perjuangannya secara terus menerus. Saat pasukan kaum muslimin berhadap-hadapan dengan kaum Persi dan Romawi, termasuk kaum murtad, 'Ammar - sebagai seorang prajurit yang gagah perkasa - selalu berada dibarisan pertama.

Pada masa khalifah Umar, 'Ammar bin Yasir, tokoh yang sangat perkasa dan kokoh imannya, juga dipilih untuk menjadi wali negeri di Kuffah; Ibnu Mas'ud sebagai bendaharanya. Kepada penduduknya, Ummar menulis sepucuk surat berita gembira dengan diangkatnya wali negeri baru itu, katanya:
"Saya kirim kepada tuan-tuan 'Ammar bin Yasir sebagai Amir, dan Ibnu Mas'ud sebagai bendahara dan wazir… Keduanya adalah orang-orang pilihan, dari golongan sahabat Muhammad SAW, dan termasuk pahlawan-pahlawan Badar!"

Dalam melaksankan pemerintahan, 'Ammar melakukan suatu sistem yang tidak dapat diikuti oleh orang-orang yang rakus akan dunia. Pangkat dan jabatannya tidak menambah kecuali keshalihan, zuhud dan kerendahan hatinya. Salah seorang yang hidup pada masanya di Kufah, Ibnu Abil Hudzail, bercerita, "Saya melihat 'Ammar bin Yasir sewaktu menjadi amir di Kufah membeli sayuran di pasar, lalu mengikatnya dengan tali dan memikulnya di atas punggung dan
membawanya pulang."

Suatu ketika, salah seorang awam berkata (menghina) kepada 'Ammar bin Yasir, "Hai, yang telinganya terpotong!" Mendengar omongan orang itu, sang amir yang tidak kelihatan keamirannya, berkata, "Yang kamu cela itu adalah telingaku yang terbaik karena ia ditimpa kecelakaan waktu perang fisabilillah." Memang, telinga 'Ammar itu putus dalam perang sabil di Yamamah. Ketika itu, Ammar bin Yasir maju bagaikan angin topan dan menyerbu barisan tentara Musailamatul Kadzab sehingga melumpuhkan kekuatan musuh. Ketika gerakan
pasukan muslimin mengendor, pasukan kafirin segera membangkitkan semangatnya dengan seruannya yang gemuruh, hingga mereka kembali maju menerjang bagaikan anak panah yang lepas dari busurnya.

Abdullah bin Umar r.a. menceritakan peristiwa itu sebagai berikut: "Waktu perang Yamamah, saya melihat 'Ammar sedang berada disebuah batu karang. Ia berdiri sambil berseru, "Hai kaum muslimin, apakah tuan-tuan hendak lari dari Syurga…? Inilah, saya: 'Ammar bin Yasir, kemarilah tuan-tuan…! Ketika saya melihat dan memperhatikannya, kiranya sebelah telinganya telah putus beruntai-untai, sedang ia berperang dengan amat sengitnya."

Sementara itu, musuh-musuh Islam bergerak dibawah tanah: berusaha menebus kekalahannya dimedan tempur dengan jalan meyebarkan fitnah. Terbunuhnya Umar merupakan hasil pertama yang dicapai oleh gerakan atau subversi ini. Berhasilnya usaha mereka terhadap Umar, membangkitkan minat dan semangat mereka untuk melanjutkannya, mereka sebarkan fitnah dan nyalakan apinya disebagian besar negeri-negeri Islam. Gerakan ini menjalar ke Madinah.
Apa yang terjadi pada Umar r.a., terjadi pula pada diri Utsman r.a. Peristiwa itu menyebabkan syahidnya Utsman r.a. dan terbukanya pintu fitnah yang melanda kaum muslimin. Sepeninggal Utsman, kekalifahan dipegang oleh Ali r.a. Mu'awiyah bangkit hendak merebut jabatan khalifah dari tangan Ali r.a. Para sahabat, disamping berpihak kepada Ali, ada juga yang membela
Mu'wiyah.

Tahukah anda, di pihak mana, 'Ammar berdiri waktu itu? Ia berdiri di samping Ali bin Abi Thalib: bukan karena fanatik tetapi karena tunduk kepada kebenaran dan teguh memegang janji - Ali adalah Khalifah kaum muslimin. Dengan cahaya pandangan ruhani dan ketulusannya, 'Ammar dapat mengetahui pemilik hak satu-satunya dalam perselisihan ini. Menurut keyakinannya: tak seorang pun berhak atas hal ini, selain imam Ali. Oleh karena itu, ia berdiri disampingnya. Ali r.a. merasa gembira atas sokongan yang diberikan oleh 'Ammar. Keyakinan Ali r.a. bahwa ia berada pada pihak yang benar kian bertambah karena dukungan sahabatnya itu.

Kemudian, datanglah saat perang Shiffin yang mengerikan itu. Imam Ali menghadapi pekerjaan penting ini sebagai tugas memadamkan pembangkangan dan pemberontakan. Sementara, 'Ammar ikut bersamanya. Waktu itu, usianya telah mencapai 93 tahun. Ia bangkit menghunus pedangnya demi membela kebenaran yang menurut keimanannya harus dipertahankan.
Pandangan terhadap pertempuran ini telah lama di maklumkannya dalam kata-kata sebagai berikut:
"Hai ummat manusia! Marilah kita berangakat menuju gerombolan yang mengaku-ngaku hendak menuntutkan bela Utsman! Demi Allah, maksud mereka bukanlah hendak menuntutkan bahaya itu, tetapi sebenarnya mereka telah merasakan manisnya dunia dan telah ketagihan terhadapnya, dan mereka mengetahui bahwa kebanaran itu menjadi penghalang bagi pelampiasan nafsu serakah mereka. Mereka bukan yang berlomba dan tidak termasuk barisan
pendahulu pemeluk agama Islam. Argumentasi apa sehingga mereka merasa berhak untuk ditaati oleh kaum muslimin dan diangkat sebagai pemimpin, dan tidak pula dijumpai dalam hati mereka perasaan takut kepada Allah, yang akan mendorong mereka mengikuti kebenaran…! Mereka telah menipu orang banyak dengan mengakui hendak menuntutkan bela kematian Utsman, padahal tujuan mereka yang sesungguhnya ialah hendak menjadi raja dan penguasa adikara!"

Kemudian diambilnya bendera dengan tangannya, lalu dikibarkannya tinggi-tinggi diatas kepala sambil berseru, "Demi Dzat yang menguasai jiwaku, saya telah bertempur dengan mengibarkan bendera ini bersama Rasulullah SAW, dan inilah aku siap berperang pula dengan mengibarkannya sekarang ini! Demi nyawa saya berada dalam tangan-Nya, seandainya mereka
menggempur dan menyerbu hingga berhasil mencapai kubu pertahanan kita, saya tahu bahwa kita pasti berada di pihak yang haq, dan mereka di pihak yang bathil"

Orang-orang mengikuti 'Ammar, mereka percaya kebenaran ucapannya. Berkatalah Abu Abdirrahman Sullami, "Kami ikut serta dengan Ali r.a. dipertempuran Shiffin, maka saya melihat 'Ammar bin Yasir r.a. setiap ia menyerbu ke sesuatu jurusan atau turun ke suatu lembah, para sahabat Rasulullah pun mengikutinya, tak ubahnya ia bagai penji-panji bagi mereka" 'Ammar teringat akan sabda Rasulnya, "Ammar akan di bunuh oleh golongan
pendurhaka," sehingga ia merasa peristiwa ini akan mengantarkannya menjadi syahid. Ia menerjuni akhir perjuangan hidupnya yang menonjol dengan gagah berani. Sebelum ia berangkat ke Rafiqul A'la, ia tanamkan pendidikan terakhir tentang keteguhan hati membela kebenaran.

Berita tewasnya 'Ammar segera tersebar, dan sabda Rasulullah SAW yang didengar oleh semua sahabatnya, sewaktu mereka sedang membina masjid di Madinah dimasa yang telah jauh sebelumnya, berpindah dari mulut ke mulut. Maka, sekarang jelaslah, siapa kiranya golongan pendurhaka itu, tidak lain adalah golongan yang membunuh 'Ammar: yaitu dari pihak Mu'awiyah.

Dengan kenyataan ini semangat dan kepercayaan pengikut-pengikut Ali kian bertambah. Sementara di pihak Mu'awiyah, keraguan mulai menyusup kedalam hati mereka, bahkan sebagian telah bersedia hendak memisahkan diri dan begabung dengan Ali.

Setelah pemakaman 'Ammar, beberapa saat kemudian kaum muslimin berdiri kerheran-heranan dikuburnya…! 'Ammar berdendang di depan mereka di atas arena perjuangan, hatinya penuh dengan kemgembiraan, tak ubahnya bagi seorang perantau yang merindukan kampung halaman, tiba-tiba dibawa pulang, dan terlontarlah seruan dari mulutnya: "Hari ini aku akan berjumpa dengan para kekasih tercinta, dengan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya."

Apakah ia telah mengetahui hari yang mereka janjikan akan dijumpainya? Para sahabat saling jumpa-menjumpai dan bertanya, "Apakah anda masih ingat waktu sore hari itu di Madinah, ketika kita sedang duduk-duduk bersama Rasulullah SAW, dan wajahnya berseri-seri lalu bersabda, "Syurga telah merindukan 'Ammar." "Benar," ujar yang lain. "Dan waktu itu, juga disebutnya nama-nama yang lain, diantaranya: 'Ali, Salman dan Bilal…

 

Sumber: Karakteristik Perihidup Enam Puluh Shahabat Rasulullah, Khalid Muh.
Khalid or  http://islam.blogsome.com/category/kisah-sahabat/page/11/

My personal webhttp://pujakesula.blogspot.com  or  http://endyenblogs.multiply.com/journal 

Abu Dzar Al Ghifari r.a (3)

Abu Dzar Al-Ghifari
Meski tak sepopuler sahabat-sahabat besar seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali, namun sosoknya tak dapat dilepaskan sebagai tokoh yang paling giat menerapkan prinsip egaliter, kesetaraan dalam hal membelanjakan harta di jalan Allah. Ditentangnya semua orang yang cenderung memupuk harta untuk kepentingan pribadi, termasuk sahabat-sahabatnya sendiri.

Di masa Khalifah Utsman, pendapat kerasnya tentang gejala nepotisme dan penumpukan harta yang terjadi di kalangan Quraisy membuat ia dikecam banyak pihak. Sikap serupa ia tunjukkan kepada pemerintahan Muawiyah yang menjadi gubernur Syiria. Baginya, adalah kewajiban setiap muslim sejati menyalurkan kelebihan hartanya kepada saudara-saudaranya yang miskin.

Kepada Muawiyah yang membangun istana hijaunya atau Istana Al Khizra, abu Dzar menegur, "Kalau Anda membangun istana ini dengan uang negara, berarti Anda telah menyalahgunakan uang negara. Kalau Anda membangunnya dengan uang Anda sendiri berarti Anda telah berlaku boros," katanya. Muawiyah hanya terdiam mendengar teguran sahabatnya ini.

Dukungannya kepada semangat solidaritas sosial, kepedulian kalangan berpunya kepada kaum miskin, bukan hanya dalam ucapan. Seluruh sikap hidupnya ia tunjukkan kepada upaya penumbuhan semangat tersebut. Sikap wara' dan zuhud selalu jadi perilaku hidupnya. Sikapnya inilah yang dipuji Rasulullah SAW. Saat Rasul akan berpulang, Abu Dzar dipanggilnya. Sambil memeluk Abu Dzar, Nabi berkata "Abu Dzar akan tetap sama sepanjang hidupnya. Dia tidak akan berubah walaupun aku meninggal nanti." Ucapan Nabi ternyata benar. Hingga akhir hayatnya kemudian, Abu Dzar tetap dalam kesederhanaan dan sangat shaleh.

Abu Dzar terlahir dengan nama Jundab. Dulu, ia adalah seorang perampok yang mewarisi karir orang tuanya selaku pimpinan besar perampok kafilah yang melaui jalur itu. Teror di wilayah sekitar jalur perdagangan itu selalu dilakukannya untuk mendapatkan harta dengan cara mudah. Hidupnya penuh dengan kejahatan dan kekerasan. Siapa pun di tanah Arab masa itu tahu, jalur perdagangan Mekkah-Syiria dikuasai perampok suku Ghiffar, sukunya.

Namun begitu, hati kecil Abu Dzar sesungguhnya tak menerimanya. Pergolakan batin membuatnya sangat menyesali perbuatan buruk tersebut. Akhirnya ia melepaskan semua jabatan dan kekayaan yang dimilikinya. Kaumnya pun diserunya untuk berhenti merampok. Tindakannya itu menimbulkan amarah sukunya. Abu Dzar akhirnya hijrah ke Nejed bersama ibu dan saudara laki-lakinya, Anis, dan menetap di kediaman pamannya.

Di tempat ini pun ia tidak lama. Ide-idenya yang revolusioner berkait dengan sikap hidup tak mengabaikan sesama dan mendistribusikan sebagian harta yang dimiliki, menimbulkan kebencian orang-orang sesuku. Ia pun diadukan kepada pamannya. Kembali Abu Dzar hijrah ke kampung dekat Mekkah. Di tempat inilah ia mendapat kabar dari Anis, tentang kehadiran Rasulullah SAW dengan ajaran Islam.

Abu Dzar segera menemui Rasulullah SAW. Melihat ajarannya yang sejalan dengan sikap hidupnya selama ini, akhirnya ia pun masuk Islam. Tanpa ragu-ragu, ia memproklamirkan keislamannya di depan Ka'bah, saat semua orang masih merahasiakan karena khawatir akan akibatnya. Tentu saja pernyataan ini menimbulkan amarah warga Mekkah. Ia pun dipukuli dan hampir saja terbunuh bila Abbas, paman Rasulullah SAW, tidak melerai dan mengingatkan warga Mekkah bahwa Abu Dzar adalah warga Ghiffar yang akan menuntut balas jika mereka membunuhnya.

Sejak itu, Abu Dzar menghabiskan hari-harinya untuk mencapai kejayaan Islam. Tugas pertama yang diembankan Rasul di pundaknya adalah mengajarkan Islam di kalangan sukunya. Ternyata, bukan hanya ibu dan saudaranya, namun hampir seluruh kaumnya yang suka merampok pun akhirnya masuk Islam. Sikap hidupnya yang menentang keras segala bentuk penumpukkan harta, ia sampaikan juga kepada mereka. Namun, tak semua menyukai tindakannya itu. Di masa Khalifah Utsman, ia mendapat kecaman dari kaum Quraisy, termasuk salah satu tokohnya, Muawiyah bin Abu sufyan.

Suatu kali pernah Muawiyah yang kala itu menjadi Gubernur Syiria, mengatur perdebatan antara Abu Dzar dengan para ahli tentang sikap hidupnya. Tujuannya agar Abu Dzar membolehkan umat menumpuk kekayaannya. Namun, usaha itu tak menggoyahkan keteguhan pandangannya. Karena jengkel, Muawiyah melaporkan kepada Khalifah Utsman ihwal Abu Dzar. Khalifah segera memanggil Abu Dzar. Memenuhi panggilan Khalifah, Abu Dzar mendapat sambutan hangat di Madinah. Namun, ia pun tak kerasan tinggal di kota Nabi tersebut karena orang-orang kaya di kota itu pun tak menyukai seruannya utnuk pemerataan kekayaan. Akhirnya Utsman meminta Abu Dzar meninggalkan Madinah dan tinggal di Rabza, sebuah kampung kecil di jalur jalan kafilah Irak Madinah.

Di kampung inilah Abu Dzar wafat karena usia lanjut pada 8 Dzulhijjah 32 Hijriyah. Jasadnya terbaring di jalur kafilah itu hanya ditunggui jandanya. Hampir saja tak ada yang menguburkan sahabat Rasulullah SAW ini bila tak ada kafilah haji yang menuju Mekkah. Kafilah haji itu segera berhenti dan menshalati jenazah dengan imam Abdullah ibn Masud, seorang sarjana Islam terkemuka masa itu.

 
 
My personal webhttp://pujakesula.blogspot.com  or  http://endyenblogs.multiply.com/journal 

Abu Musa Al-Asy’ariy

Abu Musa Al-Asy'ariy: Pemimpin prajurit-prajurit berkuda yang alim dan mujahid

Salah seorang sahabat Rasulullah Saw yang telah beliau do'akan dengan permohonan kepada Allah ampunan dan agar dihari kiamat dimasukkan kedalam tempat yang mulia adalah Abu Musa Al-Asy'ariy, sebagaimana do'a Rasulullah Saw: "Allahumaghfir li-'Abdillah bin Qais zanbahu, wa adkhilhu yauma al-qiyamati madkhalan kariimaa".

Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Qais bin Sulaim bin Hadhar bin Harb bin bin Aamir, dan terus sampai nasabnya pada Asy'ari bin Adad. Nabi Saw memanggilnya dengan "Abdullah bin Qais" seperti dalam hadist yang diriwayatkan dari Abi Musa Ra, bahwa Rasulullah Saw mengatakan kepadanya: "ya Abdullah bin Qais, inginkah kamu aku ajarkan satu kalimat dari perbendaharaan surga? yaitu (la hawla wala quwwata illa billah)". Dan juga pada hadist do'a Rasulullah yang telah disebutkan diatas tadi. Sedangkan julukan "Abu Musa" diambil dari nama salah salah satu anaknya.

AWAL MASUK ISLAM DAN KEHIDUPANNYA BERSAMA RASULULLAH SAW

Sebelum bertemu dengan Rasulullah Saw di Mekkah ada kebimbangan pada dirinya untuk mencari rezeki dan bekerja dipasar-pasar dan musim-musim yang ada di Mekkah, tetapi dengan kebimbangan inilah salah satu sebab masuknya ia ke dalam Islam, yaitu tatkala ia meninggalkan tanah leluhurnya Yaman, menuju Mekkah dan mendengar bahwa di negeri ini ada seorang Rasul yang mengajak dan menghimbau kepada tauhid dan kepada Allah dengan sesuatu yang bisa diterima akal serta dengan akhlak yang mulia.

Maka ia berkenalan dengan Nabi Muhammad Saw dan lalu masuk Islam dengan aktif mengikuti pelajaran- pelajaran dari beliau menambah hidayah dan keyakinan. Ia masuk Islam diawal masa kenabian dan termasuk dalam golongan "Assabiquuna ila-l-Islam", dengan dalil hijrahnya ia bersama-sama para muhajirin ke Habasyah setelah adanya tekanan dan kekerasan serta siksaan yang yang dilakukan orang - orang musyrik terhadap mereka. Kemudian selang beberapa waktu ia kembali ke negeri asalnya menyampaikan kalimat Allah SWT, sehingga banyak dari kaumnya yang masuk Islam.

Dan pada waktu ia mendengar bahwa Rasulullah Saw hijrah ke Madinah menemui Rasulullah untuk bergabung bersama membangun suatu masyarakat baru yang Islami dan daulah Islamiyah. Rasulullah Saw menyebut kaum yang dipimpin Abu Musa ini dengan nama "Al-Asy'ariyiin". Mulai dari hari itu ia terus berpartisipasi dan berkecimpung bersama para mu'min dan muslimin menjadi sahabat dan murid Nabi Saw dalam mengemban risalah Tuhan hingga akhir hayatnya.

Abu Musa dalam masa hidup setelah Islamnya memiliki sifat-sifat mulia. Ia adalah seorang pejuang yang gagah berani dan pemanah yang tangguh bila dihadapkan pada hal-hal yang darurat. Dan ia juga seorang faqih bijaksana yang memiliki otak briliant yang mampu dalam memecahkan beberapa macam problema serta memberikan cahaya penerang dalam masalah fatwa-fatwa dan pengadilan, sehingga ia disebut sebagai salah satu dari empat hakim ummat, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam As-Sya'biy," Qodhotu hazihi al-ummah arba'atun : Umar, Ali, Zaid bin Tsabit wa Abu Musa".

Dalam medan jihad, Abullah bin Qais memiliki rasa tanggung jawab yang besar dengan berlomba-lomba dalam kemulian ia berani menaruhkan nyawanya, sehingga ia digelari oleh Rasulullah Saw sebagai "pemimpin prajurit-prajurit berkuda" sebagaimana telah diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad dari Na'im bin Yahya At-Tamimiy, bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda," Saidu al-fawarisi, Abu Musa".

Beliau pun telah mengikuti beberapa peperangan bersama Rasulullah dalam menghadapi orang-orang musyrik, diantaranya perang Tabuk. Dan setelah perang ini Nabi Saw mengutusnya ke Yaman sebagai da'i dan mu'allim serta wali, juga diutus untuk mengajarkan Al-Quran bersama Mu'az bin Jabal pada daerah yang berbeda, namun jaraknya tidak jauh sehingga antara keduanya tetap terjalin hubungan komunikasi.

Hal ini dilakukan Rasulullah Saw ketika datang kepadanya utusan raja Hamir dari Yaman (Sepertinya Himyar; Aman). lalu beliau memilih dari sahabat-sahabatnya yang dapat dipercaya dan memiliki pengetahuan agama yang matang, maka diutuslah mereka berdua, Malik bin 'Ubadah dan beberapa sahabat lainnya. Ini merupakan suatu perhatian yang besar dari Rasulullah Saw terhadap ahli Yaman.

Ibnu Hajar Al-'Asqolany mengatakan bahwa diutusnya Abu Musa ke Yaman dikarenakan kepintaran dan pemahamannya yang dalam terhadap Islam. Pada tahun ke 10 hijriyah, Abu Musa kembali dari Yaman menemui Nabi Muhammad Saw untuk melaksanakan haji, yang disebut dengan haji wada' (haji perpisahan). Rasulullah Saw telah memberikan wewenang kepadanya untuk memberikan fatwa hingga wafatnya beliau bahkan hingga masa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar bin Khattab radhiallahu 'an huma. Ini semua ini menunjukkan akan kedalaman ilmu pengetahuannya dan ketaatannya kepada khalifah.

Ketika Rasulullah Saw meninggal, yaitu bertepatan setelah tiga hari dibunuhnya "Al-Kazzaab" 'Abhalah ibnu Ka'ab Al-'Anasiy, seorang dukun yang mengaku sebagai nabi di Yaman. Hal ini merupakan cobaan yang besar bagi Abu Musa yang ketika itu berada di sana, setelah pulangnya dari haji wada'.

KEHIDUPAN ABU MUSA SETELAH WAFATNYA NABI SAW

Pada masa kekhalifahan Abu Bakar Ra ia ditetapkan untuk menjadi wali di Yaman. Dan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab Ra, Abu Musa telah berhasil mengatur administrasi wilayah Bashrah, juga berhasil didalam memimpi pasukan militernya. Merupakan suatu rahmat yang besar dari Allah terhadapnya dengan pertolongan-pertolongan-Nya kepada tangannya, sehingga ia mampu menaklukkan beberapa kota dan negeri, dan telah dimenangkan Allah dalam memerangi pemimpin-pemimpin "daulah Al-Farisiyah" dengan kecerdikkan dan ketajaman pemikirannya.

Pada akhir tahun 23 hijrah Amirul mu'minin Umar bin Khattab Ra meninggal terbunuh sebagai syahid, dan Abu Musa ketiak itu sedang berada di Bashrah mengajar dan berjuang menyampaikan dakwah kepada Allah SWT, namun walaupun demikian beliau telah mengetahuinya melalui ru'yah yang merupakan karamah yang telah Allah berikan kepadanya, sebagaimana yang telah dikeluarkan oleh Ibnu Sa'ad di Tabaqoot dengan sanadnya dari Abu musa (lih. Hayatu As- Shohabah juz; 3 hal; 666).

Setelah dibaiatnya khalifah 'Utsman Ra, beliau menbetapkan Abi Musa sebagai wali di Bashrah selama enam tahun, setelah lepas dari amanat ini banyak sekali cobaan-cobaan fitnah dan tantangan yang ia hadapi dalam menyampaikan syariat dan risalah Ilahi hingga masa kekhalifahan Ali Ra dan berakhir pada akhir hayatnya yaitu pada masa pemerintahan Mu'awiyah.

BUDI PEKERTI DAN SIFAT-SIFATNYA YANG MULIA

Beberapa kelebihan budi pekerti dan sipat-sipatnya yang mulia yang ada pada diri Abu Musa sudah diakui oleh Rasulullah Saw sendiri hingga beliau mendo'akannya dan mengajarkan kepadanya perbendaharaan surga. Ini semua jelas karena budi pekerti dan sifat-sifatnya yang mulia, mulai masa hidupnya bersama Saw, dengan para khulafa ar-rasyidiin hingga wafatnya.

Beliau amat terkenal dengan kedalamannya terhadap ilmu agama, seorang ahli ibadah yang wara, memiliki sipat pemalu, ahli zuhud di dunia, kuat dalam pendirian dan sifat-sifat mulia yang lain yang disandangnya. Az-Zahabiy mengatakan, "Abu Musa adalah seorang qori yang memiliki sura yang indah dan seorang terkemuka di Bashrah didalam membaca dan memahami Al-Quran."

Disamping sebagai seorang yang memiliki 'izzah yang besar dalam menuntut ilmu, baik dari Rasulullah Saw maupun dari sahabat-sahabat, beliau juga mengajarkan ilmu yang telah diperolehnya itu kepada orang lain, mengamalkan sabda Rasulullah Saw," Khairukum man ta'allama Al-Qurana wa 'allamahu" (H.R. Bukhari).

Dengan segala kemampuannya beliau mengajarkan Al-Quran dan memberikan penjelasan kepada ummat di setiap daerah yang didatanginya, dibantu dengan bacaan dan suaranya yang indah ketika membaca Al-Quran, dapat menarik perhatian masyarakat sekitarnya hingga berkumpul mengelilinginya. Dikarenakan banyaknya penuntut ilmu yang hadir, maka ia membagi mereka menjadi beberapa kelompok halaqah pengajian ilmu pengetahuan agama, seperti yang pernah ia lakukan di mesjid Bashrah. Abu Musa juga memiliki perhatian yang besar dalam pengajian sunnah dan riwayat-riwayatnya, serta sangat berpegang teguh terhadap sunnah Nabi Saw, sebagaimana ia telah sampaikan nasehat kepada anak-anak dan keluarganya ketika ajal mendatanginya.

WAFATNYA

Para ulama berbeda pendapat terhadap tahun wafatnya Abu musa Ra. Kebanyakan dari perkataan mereka, tidak lebih dari tahun empat puluhan dari tahun hijrah, diantaranya pendapat Ibnu Al-Atsir mengatakan, "Abu Musa meninggal di Kufah, dan dikatakan di Mekkah pada tahun 42 hijrah, dan dikatakan pada tahun 44 hijrah, pada waktu itu beliau berumur 63 tahun." Sebagaimana Az-Zahaby juga membenarkan bahwa beliau wafat pada bulan zulhijjah tahun 44 hijrah, Allahu A'lam.

Sebelum wafatnya beliau masih sempat memberikan peringatan dan nasehat buat anak-anak dan keluarganya agar selalu beriltizam terhadap sunnah Nabi Saw. Dan merupakan suatu kemuliaan dari Allah terhadap keluarganya dengan menjadikan banyak dari anak-anak, cucu-cucu sampai pada keturunan-keturunannya menjadi ulama, qodhi dan perawi hadist, yang merupakan berkah dari do'a Rasulullah Saw yang diterimanya dan berkah keikhlasannya.

Demikianlah perjalanan dari kehidupan seorang sahabat Rasulullah yang ahli ibadat, wara, mujahid dan faqih, semoga kita semua dapat mengambil ibrah dari semua itu dan semoga Allah memberi hidayah kepada kita dalam melangkah tuk mencapai ridho-Nya serta mewafatkan kita dalam keadaan Iman dan Islam. Amin. "Rabbana-ghfir lana wa li-ikhwanina allaziina sabaquuna bil-iimaan wala taj'al fi- quluubina ghillan lil-laziina a-manu Rabbana innaka Raufu-r- Rahiim.

Referensi:
1. Rijaalu hawla ar-Rasul; oleh Khalid Muhammad Khalid.

2. Hilyatu al-Awliya; oleh Al-hafidz Abu Na'im.

3. Abu Musa Al-Asy'ariy (shohabah al-'alim, al-mujahid); oleh Abdul Hamid Mahmud Thohaziy.

 

sumber: http://aman.nulis.net/


 
My personal webhttp://pujakesula.blogspot.com  or  http://endyenblogs.multiply.com/journal