Friday, July 3, 2009

Jangan meminta yang bukan hakmu

Mungkin tak pernah lagi dapat dipahami. Oleh siapapun. Siapapun yang masih mempunyai syahwat terhadap lezatnya dunia. Dunia yang penuh dengan tipuan. Terkadang menyesatkan orang-orang yang lemah. Lemah hubungan dan kecintaannya terhadap Allah Azza Wa Jalla. Tapi, kisah ini pernah terjadi di dalam episode sejarah Islam, yang menyebabkan umatnya mendapatkan kemuliaan, dan ketenteraman. Dalam kurun waktu yang sangat singkat.

Suatu hari, Ummu Amr bin Marwan, dikenal wanita sangat manja dikalangan para Khalifah dan pembesar Dinasti Marwan. Tetapi, ia seorang yang sangat dihormati dan disayangi oleh keponakannya, Umar bin Abdul Aziz.

Ketika seluruh hak-hak istimewa (privilieges) Daulah Bani Umaiyah dicabut, maka dicabut pula hak-hak istimewa yang dimiliki wanita itu. Maka, wanita itu menemui Umar … yang saat itu sedang makan malam. Wanita itu mengucapkan salam, lalu duduk. .. Matanya terbelalak melihat pemandangan yang hampir tidak dapat dipercayai oleh kedua matanya. ..

Apa yang dimakan oleh Umar bin Abdul Aziz, tiada lain beberapa potong roti basi dan semangkok kuah.

Bumi bagaikan terbalik dalam pandangan wanita itu ..
Inikah Umar yang dahulu bergelimang kemewahan ..?
Hanya itukah yang menjadi makanannya …?

Wanita itu, yang tak lainnya adalah bibinya sendiri, tak dapat menguasai dirinya lagi, ia pun menangis di depan Umar, seraya berkata : "Aku datang kemari karena ada keperluan kepadamu .. Tetapi, aku tidak akan menyampaikan hal itu sebelum memulai dengan dirimu terlebih dahulu!". "Apa yang ingin bibi lakukan?", tanya Umar. "Dapatkah kamu mengambil makanan yang lebih dari pada ini?", tanya bibinya. "Tapi … aku memang tidak punya apapun selain ini, bibi. Kalau ada, tentulah aku akan mengambilnya!", ujar Umar.

"Pamanmu, Abdul Malik bin Marwan telah memberikan semua harta yang kubutuhkan. Kakakmu, Walid malahan menambahnya … demikian pula dengan halnya Sulaiman. Kemudian kekuasaan berpindah ke tanganmu, lalu kamu memutuskan bantuan itu ..!".

"Bibi, pamanku, Abdul Malik dan kedua saudaraku, Walid dan Sulaiman telah memberikan harta kekayaan kaum muslimin sebagai bantuan kepada bibi. Sedangkan itu semua bukanlah milikku. Akan tetapi kalau bibi mau, aku dapat memberikan harta milikku sendiri!", ujar Umar.

"Berapa banyak kekayaan yang kamu miliki hai Amirul Mukminin?", tanya bibinya. "Gajiku .. dua ratus dinar setahun, ambillah!", sahut Umar. "Cukup apa uang sekecil itu bagiku?", ujar wanita itu, serta dengan nada yang jengkel.

Wanita itu pun pulanglah dengan hati kecewa, karena selama ini, para Khalifah Bani Marwn selalu memberinya segala apa yang dimintanya, serta memenuhi segala keinginannya … !".
Masih dapatkah orang mengharapkan apa yang bukan menjadi miliknya ..?

Tidak .. Api keikhlasannya telah membakar hangus segala bentuk ketamakan dunia. Keikhlasannya telah memagari dirinya dari segala bentuk godaan dan penyelewengan. Sebagaimana ia menjadi benteng yang tangguh yang melindungi dirinya dari segala macam ancaman manusia.

Suatu ketika, datanglah orang-orang dekatnya dan menanyakan : "Wahai Amirul Mukminin, apakah engkau tidak takut terhadap tindakan yang diakibatkannya?", Tanya sahabatnya itu. Mendengar pertanyaan sahabatnya itu, tiba-tiba laki-laki yang lemah lembut, santun dan tiada henti-hentinya menangis itu .. , tiba-tiba wajahnya menjadi merah. Ia bangkit seperti singa, dan suaranya menggeletar keras :

"Apakah kalian menyuruh diri saya takut pada selain hari kiamat .. ? Semua bentuk ketakutan selain hari kiamat, sama sekali tidak ada artinya bagiku …!". Itulah Umar bin Abdul Aziz.

Keikhlasannya itu telah melenyapkan segala rintangan yang tidak mungkin dilenyapkan oleh siapapun juga. Kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan oleh para khalifah keluarga Bani Umaiyah selama ini, kebobrokan yang merajalela, baik politik, ekonomi dan social, semuannya luluh dibawah kebesaran jiwa yang ikhlas dari umar.

Maka, Umar selalu mengucapkan do'a yang tidak pernah putus-putus, yang menjadi tali pengikat dalam kehidupannya, selama menjadi Khalifah adalah :

"Ya Alah, jadikanlah aku rela dengan keputusan-Mu. Berkahilah aku dengan takdir-Mu, sehingga aku tidak akan suka memajukan sesuatu yang Engkau undurkan, dan mengundurkan apa yang Engkau majukan".   Wallahu 'alam.

Sumber Era Muslim
--
Your Best Regard
www.rindurosul.wordpress.com
http://www.rumahvendi.phpnet.us

Wednesday, July 1, 2009

Kesalahan Fatwa Abu Hurairah, Tentang Wanita Berzina

Sedih. Sampai jatuh pingsan. Tak kuasa mendengar ucapan ulama itu. Betapa beratnya menanggung beban dosa besar. Dalam kitab 'Tanbighul Ghafilin', bahwa Abu Hurairah rahdiyallahu anhu berkata : "Di suatu malam saya bertemu seorang wanita memakai cadar sedang berdiri di jalan".  Tampaknya sangat aneh.

Lalu wanita itu berkata : "Wahai Abu Hurairah, saya telah berbuat dosa besar. Apakah saya ada kesempatan bertobat", ucap wanita itu. "Apa dosamu?", tanya Hurairah. "Sungguh aku telah berbuat zina dan anak hasil zina ini telah saya bunuh", jawab wanita itu. "Engkau telah binasa, dan membinasakan, demi Allah tidak ada tobat untukmu", jawab ulama itu.

Maka, wanita itu, ketika ia mendengar fatwa Abu Hurairah itu, menjerit dan langsung pingsan, ketika sadar lalu ia pergi. Ketika wanita itu pergi, Abu Hurairah menjadi gundah. Kegundahan itu, tak pelak membuat ulama yang terkenal itu, menangisi dirinya sendiri. Abu Hurairah menanyakan kepada dirinya sendiri : "Bagaimana saya memberi fatwa, sedangkan Rasulullah Shallahu alaihi wa salam masih hidup?", tukasnya.

Keesokan harinya Abu Hurairah  datang kepada Rasulullah Shallahu alaihi was salam, dan menyampaikan kepada beliau : "Wahai Rasulullah, ada seorang wanita tadi malam meminta fatwa, bahwa dirinya telah berbuat zina, kemudian membunuh bayinya dari hasil perbuatannya itu. Dan, saya mengatakan engkau telah binasa, dan membinasakan, demi Allah tidak ada tobatmu", ucap Hurairah. "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, demi Allah kamu telah celaka dan mencelakakan orang lain, tidakkah kamu memahami ayat ini", jawab Rasulullah.

"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain berserta Allah tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dlam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal sholih, maka kejahatan mreka diganti Allah dengan kebajikan. Dan, adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (al-Qur'an, al-Furqan : 68-70).

Selanjutnya, Abu Hurairah bekata, "Maka saya keluar dari kediaman Rasulullah shallahu alaihi was salam, dan sambil berlari-lari dari gang ke gang lain  di kota Madinah, sambil saya bertanya : "Siapakah yang dapat menunjukkan saya pada seorang wanita yang meminta fatwa pada saya tadi malam?", tanya Hurairah. Tapi, anak-anak kecil yang melihat Abu Hurairah itu, menganggap dia sudah gila. Karena, melihat perilaku Hurairah, yang lari kesana kemari, tanpa tentu arah, dan selalu menanyakan seorang wanita.

Kemudian, malam harinya, Hurairah menemukan wanita itu, dan berada di tempatnya semula. Maka, Hurairah memberitahukan pada wanita itu perihal sabda Rasulullah shallahu alaihi was salam, bahwa ia ada kesempatan untuk bertobat. Wanita yang malang itu, berteriak gembira, dan berkata : "Saya mempunyai sebuah kebun, akan saya sedekahkan kepada fakir miskin untuk menebus dosaku", ucap wanita itu. Padahal, kebun itu, menghasilkan seribu kwintal korma, sedangkan dia sudah tidak memiliki apa-apa lagi.

Sejak itu, wanita yang sangat berbahagia itu, terus bertobat siang malam, tanpa henti, sampai saat senja menjelang Isya', ia menemui ajalnya, sambil wajahnya  nampak tersenyum. Karena telah terbebas dari dosa. Wallahu 'alam.

http://www.eramuslim.com/syariah/bercermin-salaf/kesalahan-fatwa-abu-hurairah-tentang-wanita-berzina.htm

--
Your Best Regard
www.rindurosul.wordpress.com
http://www.rumahvendi.phpnet.us